ANALISIS

Reuni 212 dan Potensi Stagnan Elektabilitas Prabowo

CNN Indonesia
Senin, 03 Des 2018 13:36 WIB
Meski jumlah peserta di Reuni 212 terbilang besar, capres nomor urut 02 Prabowo Subianto disebut tak meraih pemilih baru karena yang hadir cuma pemilih lama.
Prabowo SUbianto saat berpidato dalam reuni 212, Minggu (2/12). (CNN Indonesia TV)

Berdasarkan survei SMRC yang dilakukan pada 7-14 September 2018, elektabilitas Prabowo hanya di angka 29,8 persen di saat Jokowi 60,4 persen. Survei dilakukan terhadap 1.220 responden dengan margin of error kurang lebih 3,05 persen.

Padahal pada survei di bulan Mei 2018, elektabilitas Jokowi hanya 57 persen dan Prabowo ada di level 33,2 persen.

Selain itu, Sirojudin menyebut reuni 212 ini juga tidak menawarkan kebaruan dalam hal isu alias masih sama dengan 2016, seperti penistaan agama dan rezim Jokowi tak pro-Islam.

"Saya kira tidak cukup Reuni 212 itu untuk mengubah konstelasi. Hanya menunjukkan eksistensi saja, kelompok yang hadir juga yang terlibat dalam pemenanhan Anies di 2016," tambah dia.

Dihubungi terpisah, Direktur Indonesia Democracy Watch Abi Rekso mengatakan Prabowo membatasi dirinya dengan ikut dalam Reuni Akbar 212 Minggu (2/12). Prabowo hanya mempermanenkan dukungan dari 212, dan di saat sama menjauhkan diri dari kalangan Islam non-212.

"Memang kemarin massanya tidak bisa dibilang sedikit, tapi harus diakui itu pemilih lama Prabowo," ucap Abi kepada CNNIndonesia.com, Senin (3/12).

"Tapi dengan semakin agresif mengidentifikasi Islam 212, seakan-akan memisahkan [diri] dari Muhammadiyah dan NU. Padahal 212 sendiri di daerah-daerah belum diterima sepenuhnya," lanjut Abi.

Ia membaca gerakan Prabowo di Reuni Akbar 212 hanya upaya memperpanjang nafas di pertarungan Pilpres 2019. Pasalnya, saat ini elektabilitas Prabowo cenderung turun dan tidak dibarengi dengan gagasan program solutif.

Prabowo, kata Abi, hanya melakukan konsolidasi internal pendukungnya. Lebih jauh, efeknya untuk menjaga Gerindra sebagai partai terbesar kedua di Pemilu 2019.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pengerahan massa ini jelas menguntungkan Gerindra dibanding rekan koalisi lainnya. Kecenderungan pemilih muslim yang aktif di 212 ke Gerindra, kalau PKS karakternya cenderung punya budaya argumen teologis yang kuat," tutur dia.

(arh)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER