Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden
Joko Widodo mengaku pernah sedih karena selalu dicaci-maki setiap
tahun politik. Hal itu selalu ia rasakan sejak menjabat Wali Kota Solo, Gubernur DKI Jakarta, dan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014.
"Ada yang mencela dan mencaci, jadi gubernur juga, meskipun sedih caci maki, dicela, dihujat," kata Jokowi, ketika menghadiri peluncuran buku 'Jokowi Menuju Cahaya', di Hotel Mulia, Jakarta, Kamis (13/12).
Ia menyatakan kerap mendapati cacian-cacian masyarakat kepadanya berupa ucapan kasar di media sosial. Jokowi merasa sedih karena perilaku seperti itu tidak mencerminkan budaya Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Apakah ini tata krama Indonesia? Ini harus diluruskan. Apalagi begitu banyak kata-kata [kasar] itu bukan tata krama Indonesia," ujar mantan Wali Kota Solo ini.
Oleh sebab itu, ia belakangan ini semakin giat mengajak masyarakat mengubah pola pikir dan hijrah menjadi lebih baik. Perbedaan pilihan politik menurutnya hal biasa dan tak harus mengorbankan persatuan yang selama ini terbentuk.
"Yang negatif ke pemikiran positif. Membangun sumber daya manusia yang berpikiran ke depan. Karena negara ini adalah negara besar," tutur mantan Gubernur DKI Jakarta ini.
Dalam beragam kesempatan sebelumnya, Jokowi juga menyatakan selama empat tahun ini banyak diam dan bekerja tanpa memedulikan cacian bahkan fitnah kepadanya.
Namun, kali ini dirinya mengambil tindakan dengan mengklarifikasi langsung kepada masyarakat. Menurutnya, hal itu diperlukan sebab isu-isu itu tidak berhenti meski dirinya tak menanggapi.
Klarifikasi turut diberikan guna mengajak masyarakat berpolitik dengan etika serta mengkritik berdasarkan fakta dan data.
(chri/chri/arh)