KALEIDOSKOP 2018

Kejahatan 2018: Pembunuhan Keluarga hingga Perusakan Polsek

CNN Indonesia
Kamis, 27 Des 2018 16:58 WIB
Sepanjang tahun 2018, kejahatan jalanan seperti pembunuhan masih mendominasi. Ada tiga kasus pembunuhan di Jakarta dan sekitarnya yang menyita perhatian publik.
Mapolsek Ciracas. (CNN Indonesia/Dhio Faiz)
Di luar Jakarta, kasus pembunuhan lain terjadi di Palembang. Sofyan, seorang sopir taksi online di Palembang, ditemukan meninggal 12 November 2018. Polisi meringkus empat pelaku pembunuh Sofyan beberapa hari setelah penemuan jenazah.

Keempat pelaku membunuh Sofyan dan membuangnya di sekitar jalan menuju Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal Dedi Prasetyo sempat mengatakan mayoritas penyebab kasus pembunuhan terjadi adalah masalah antara pelaku dengan korban.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia nenilai interaksi yang terjadi antara pelaku dan korban memicu masalah yang akhirnya menimbulkan sakit hati, dendam, atau menyinggung perasaan sehingga pelaku nekat membunuh korban.

Dedi menuturkan motif pembunuhan yang dilatarbelakangi masalah interaksi antara pelaku dan korban semakin banyak ditemukan oleh polisi meski jumlah total kasus pembunuhan mengalami tren penurunan di 2018 ini.


Berdasarkan data kepolisian, jumlah pembunuhan yang tercatat terjadi hingga Oktober 2018 ini adalah 625 kasus, di mana 574 kasus terungkap setelah polisi melakukan serangkaian proses penyidikan.

Di luar kasus pembunuhan, kejahatan jalanan lain di ibu kota menonjol di tahun ini diantaranya kasus pengeroyokan yang diduga berujung perusakan dan pembakaran di Mapolsek Ciracas Rabu (12/12) dini hari.

Polisi menduga pembakaran Mapolsek merupakan buntut dari peristiwa pengeroyokan seorang anggota TNI Angkatan Laut oleh sekelompok juru parkir di kawasan Cibubur, Jakarta Timur.

Polda Metro Jaya dan Polres Jakarta Timur menangkap lima pelaku pengeroyokan anggota TNI di Cibubur, Jakarta Timur.

Soal kasus pembakaran Polsek Ciracas ini, Neta menilai ini merupakan dampak dari pembiaran aksi premanisme oleh aparat kepolisian.

Apalagi, sambung Neta, polisi terkesan tidak tanggap dalam merespon aksi pengeroyokan yang dilakukan oleh juru parkir liar terhadap anggota TNI tersebut.

Selain itu, Neta menilai peristiwa perusakan dan pembakaran tersebut juga bisa dipahami sebagai sikap kekecewaan masyarakat terhadap kinerja kepolisian yang dianggap belum maksimal dan belum profesional.

"Sehingga yang muncul adalah rasa dendam dan kekecewaan dari sebagian anggota masyarakat pada jajaran kepolisian, yang kemudian mereka wujudkan dalam arogansi dan anarkis membakar kantor polisi," tutur Neta.

(dis/ugo)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER