KALEIDOSKOP 2018

Tahun Panas 2018: Tarung Klasik Capres & Bursa Alot Cawapres

CNN Indonesia
Kamis, 27 Des 2018 16:47 WIB
Genderang tanda dimulainya pemilihan presiden ditabuh tahun 2018. Dua pasang calon presiden dan wakil presiden memulai tahapan kampanye menuju Pilpres 2019.
Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden nomor urut 01 Joko Widodo (kedua kanan) dan Ma'ruf Amin (kanan) serta pasangan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto (kedua kiri) dan Sandiaga Uno. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Penunjukan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Ma'ruf Amin sebagai cawapres Jokowi maupun eks Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno sebagai cawapres Prabowo mengejutkan banyak pihak.

Jelang batas akhir masa pendaftaran calon presiden dan wakil presiden di Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada 10 Agustus, kedua poros koalisi masih kesulitan untuk menemukan sosok cawapres ideal.

Di poros Jokowi, penunjukan Ma'ruf sebagai cawapres terbilang penuh kejutan. Pasalnya, nama mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD menguat sebagai kandidat pendamping Jokowi di Pilpres

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kala itu, Wasekjen PDIP Eriko Sotarduga dan Ketua Umum PPP Romahurmuziy menyebut sosok cawapres pendamping Jokowi sudah mengerucut menjadi satu nama dengan inisial M. Kebanyakan orang percaya bahwa Mahfud adalah kandidat yang dipilih Jokowi.

Kabar rencana penunjukan Mahfud sebagai cawapres Jokowi itu lantas menuai respon dari berbagai pihak, termasuk Pengurus Besar Nahdhatul Ulama (PBNU).

Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj menyatakan bahwa Mahfud MD bukanlah seorang kader Nahdlatul Ulama.

Jelang deklarasi penentuan cawapres, sinyal kuat pendamping Jokowi itu masih menguat ke arah Mahfud.


Jokowi lantas mengumpulkan sembilan Ketum dan sembilan Sekjen Parpol KIK di Restoran Plataran, Menteng, Jakarta pada 9 Agustus untuk memfinalisasi sosok pendampingnya tersebut. Saat yang bersamaan, Mahfud sudah berada di sebuah tempat tak jauh dari lokasi pertemuan tersebut.

Jokowi pada akhirnya menjatuhkan pilihan pada Ma'ruf Amin sebagai cawapres sekitar pukul 19.00 WIB.

Sama seperti Jokowi, drama pemilihan Sandiaga Uno sebagai cawapres Prabowo Subianto di Pilpres tak kalah rumitnya dan mengejutkan banyak pihak.

Jelang penutupan pendaftaran capres cawapres, koalisi Gerindra pun semakin intens untuk melakukan pembahasan terkait siapa sosok yang tepat untuk mendampingi Prabowo.

Jelang H-2 penutupan pendaftaran, tepatnya 10 Agustus, Prabowo terlihat hilir mudik menemui beberapa elite parpol koalisinya di berbagai tempat guna melakukan pembahasan soal cawapres.

Sebelum mengumumkan Sandiaga, Prabowo terlihat masih hilir mudik menuju rumah SBY. Saat itu nama AHY menguat lantaran hasil survei sejumlah lembaga menempatkannya sebagai sosok paling favorit. 

Prabowo akhirnya meninggalkan SBY dan kembali ke rumahnya di kawasan Kertanegara, Jakarta Selatan. Di sana sudah menunggu petinggi PKS dan PAN. Alhasil, Sandi secara resmi dipilih oleh Prabowo sebagai cawapres dalam deklarasi di kediaman Prabowo, Jalan Kertanegara, Jakarta Selatan, Kamis (9/8) malam. Namanya disetujui partai koalisi Partai Gerindra, Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Komisi Pemilihan Umum (KPU) akhirnya menetapkan pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin dan Prabowo Subianto -Sandiaga Uno sebagai pasangan capres dan cawapres yang akan berlaga di Pilpres 2019.

Pasangan Jokowi-Ma'ruf pun mendapatkan nomor urut 01 dan pasangan Prabowo-Sandiaga mendapatkan nomor urut 02 di Pilpres.

Sejak KPU secara resmi membuka masa kampanye damai pada 23 September lalu, baik kubu Jokowi dan Prabowo terlihat masih irit untuk membeberkan berbagai program dan gagasannya di Pilpres. Kedua kubu, baik kandidat dan tim suksesnya justru terlihat saling mengolok-olok dan memainkan gimmick politik ketimbang adu gagasan.


Tak lama setelah Sandiaga ditujuk jadi Cawapres bagi Prabowo, Wasekjen Demokrat Andi Arief menyebut Prabowo sebagai jenderal kardus. Andi menuding ada mahar politik dari Sandi untuk PKS dan PAN agar direstui jadi cawapres. Meski begitu, dukungan Demokrat untuk Prabowo-Sandi tidak dicabut. (ugo/rzr)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER