Serang, CNN Indonesia -- Ketua DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (
PDIP) Bidang Organisasi
Djarot Saiful Hidayat geram kepada pihak yang memaksa pihak lain untuk menyamakan haluan atau mazhab jelang
Pemilu 2019.
Hal itu disampaikan usai elite PDIP berziarah ke makam pendiri Kesultanan Banten Sultan Maulana Hasannudin dan Sultan Ageng Tirtayasa di Serang, Banten, Jumat (21/12).
Djarot tak merinci mazhab atau haluan yang coba dipaksakan itu. Namun dia menilai upaya tersebut bertentangan dengan budaya toleransi yang sudah ada sejak lama di Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kok, sekarang kita hanya gara-gara pemilu, pileg, dan pilpres menafikan itu (toleransi). Kok, ingin menyamakan satu mazhab, satu ajaran kok menghalalkan segala cara," ujar Djarot.
Djarot menuturkan ada pihak yang mencaci pihak lain karena berbeda pilihan. Bahkan, ia berkata ada pihak yang menuding pihak lain menistakan agama karena berbeda pilihan.
Selain tak memahami sejarah pahlawan yang telah membangun toleransi, tindakan itu bertentangan dengan ideologi bangsa, Pancasila yang dibuat Sukarno.
Sebagai warga bangsa, mantan Gubernur DKI Jakarta ini meminta semua pihak tak melupakan sejarah.
"Jadi sekarang ini dengan ziarah kubur mendoakan Indonesia ke depan supaya aman, damai ke depan dan semua kita bersaudara," ujarnya.
Sementara Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto mengklaim ziarah ke makam pahlawan sebagai bentuk budaya menghormati pahlawan bangsa. Menurutnya, pahlawan telah berjuang tanpa pamrih saat menghadapi pemerintah kolonial Belanda meskipun dengan jalan yang tidak mudah.
"Ini juga menjadi suri tauladan bagi kita semua sebagai bangsa besar adalah bangsa yg menghormati pahlawannya," ujar Hasto.
(jps/pmg)