Trauma Rokib, Bulan Purnama dan Terjangan Tsunami

CNN Indonesia
Senin, 24 Des 2018 13:27 WIB
Keadaan porak poranda saat detik-detik tsunami Selat Sunda menerjang Teluk Caringin, Pandeglang. Semua orang hanya ingin berlari.
Evakuasi korban tsunami Selat Sunda (ANTARA FOTO/Ardiansyah)
Jakarta, CNN Indonesia -- Rokib (47) masih gemetar saat berkisah tentang detik-detik tsunami Selat Sunda yang menghantam tempat tinggalnya pada Sabtu (22/12) malam kemarin. Warga Teluk Caringin, Pandeglang, Banten ini mengisahkan apa yang disaksikannya dengan suara terbata-bata.

Camilan, rokok, dan kopi yang ada di hadapan, Rokib abaikan. Seolah-olah terlalu banyak yang berkecamuk di pikirannya.

"Saya lihat sendiri tetangga saya mau ambil motor dulu, tapi air keburu datang. Habis itu saya enggak tahu lagi," ujar Rokib di SD Negeri Kalanganyar I, Pandeglang, Banteng, tempat dirinya mengungsi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Sehari-hari Rokib bekerja sebagai nelayan. Rumahnya begitu dekat dengan pantai. Dia tahu betul suasana saat air bah datang. Tak heran jika kini dia bisa menceritakan pengalaman nahasnya itu sedetil mungkin.

Saat peristiwa nahas itu melanda, Rokib tengah berada di bibir pantai. Maklum, saat itu dia sedang libur melaut dan menghabiskan waktu bersama tetangganya sesama nelayan.

Seingat Rokib, malam itu sangat cerah. Lautan nampak jelas berkat bulan purnama yang bersinar terang. Namun, tak ada tanda-tanda bakal ada gelombang tinggi dari arah Selat Sunda.

Namun, tiba-tiba keindahan malam itu berubah mencekam. Sekitar pukul 21.30 WIB, Rokib melihat 'tembok putih' dari arah laut menuju daratan. Gambaran itu terekam jelas di kepalanya.


Saat jelas jika apa yang dilihatnya adalah gelombang tinggi, Rokib 'terbangun'. Dia lantas masuk ke dalam rumah membawa buah hatinya yang masih kecil. "Lari saya. Istri saya juga lari," kata dia.

Saat bergegas menjauh dari pantai, Rokib sempat melihat tetangganya berusaha mengambil motor terlebih dahulu. Namun, air datang dengan cepat. Arusnya begitu deras.

"Dia langsung kena air. Jatuh. Enggak kelihatan lagi. Saya langsung lari lagi," ucap Rokib.

Ingatan yang hampir serupa muncul di benak Aceng (27), sesama warga Teluk Caringin. Sama seperti Rokib, Aceng tak mengira bakal ada gelombang tinggi tsunami. Aceng sendiri merupakan pedagang makanan dan minuman di bibir pantai.

"Enggak ada sirine. Sirine enggak bunyi. Makanya waktu itu yang enggak melihat langsung air dari laut, enggak percaya kalau ada tsunami," ujar Aceng.


Usai air menerjang daratan, kata Aceng, barulah warga percaya ada tsunami. Apa lacur, sontak malam diselimuti kepanikan. Jalan raya penuh sesak oleh orang-orang yang berlarian mencari tempat berlindung.

Petugas polisi, meski hadir di tengah-tengah, tak bisa berkutik mengatur lalu lintas. Ketakutan memenuhi udara Teluk Caringin.

"Semua orang ke luar rumah, lari ke tempat yang lebih tinggi. Kecelakaan pasti banyak. Yang ditabrak, yang kena kawat. Tapi semuanya lari aja terus," kenang Aceng.

Semua orang, kata Aceng, hanya ingin berlari. Tak peduli apa pun yang ada di hadapan atau apa pun yang diinjaknya. (bmw/asr)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER