Jakarta, CNN Indonesia --
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) bakal menggandeng Badan Informasi Geospasial (BIG) untuk mencegah
tsunami akibat erupsi
Gunung Anak Krakatau terulang.
Penyebab tsunami Selat Sunda pada Sabtu (22/12) malam lalu diketahui akibat gempa vulkanik sehingga dinding Gunung Anak Krakatau longsor ke laut. Fenomena ini beda dari biasanya. Sebab tsunami biasa muncul akibat gempa tektonik atau pergeseran lempeng bumi.
Indonesia hingga kini belum memiliki alat pendeteksi dini tsunami akibat gempa vulkanik. Sedangkan di Gunung Anak Krakatau, paling tidak sudah tiga kali mengalami tsunami sejak tahun 400-an, 1883, dan 1927.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan bersama BIG nanti, pihaknya bakal memasang tide gauge di tiga pulau kecil, yaitu Krakatoa, Krakatau Kecil, dan Sertung yang letaknya mengelilingi Gunung Anak Krakatau.
"Kami sudah berkoordinasi, jadi perlu segera dipasang tide gauge di tiga pulau yang mengelilingi Anak Gunung Krakatau," kata Dwikorita di kantornya kawasan Jakarta Pusat, Senin (24/12).
Tide gauge merupakan alat pendeteksi ketinggian air laut yang bisa dipasang di bibir pantai berpenghuni. Sedangkan Krakatoa, Krakatau Kecil, dan Sertung bukanlah pulau berpenghuni.
Dengan begitu, kata Dwikorita, setidaknya tsunami akibat erupsi Gunung Anak Krakatau bisa terpantau dari naiknya air laut secara tiba-tiba karena harus melalui tiga pulau tanpa penghuni tersebut terlebih dulu.
"Jika sudah terpantau melalui tide gauge di Krakatoa, Krakatau Kecil, dan Sertung, proses evakuasi di pulau-pulau berpenghuni bisa lebih lama dilakukan," kata Dwikorita.
Menurut data BMKG, jarak antara tiga pulau tersebut ke tide gauge di Pelabuhan Kota Agung sejauh 108 kilometer, ke Pelabuhan Panjang 73 kilometer, ke Pelabuhan Ciwandan 58 kilometer, dan Marina Jambu mencapai 47 kilometer.
"Tide gauge ini menjaga apabila sewaktu-waktu air naik akibat vulkanik atau longsor lagi. Jadi ketahuan waktunya pas air mulai merambat, sehingga cukup waktu untuk melakukan evakuasi," ujarnya.
(ryh/dal)