Banten, CNN Indonesia -- Jarum jam masih menunjukkan pukul 19.30 WIB, Selasa (25/12). Namun, sepanjang Pantai Barat Banten khususnya Jalan Raya
Carita sungguh sepi, terutama di wilayah Pandeglang yang hancur berantakan akibat
tsunami dari Selat Sunda Sabtu malam lalu (21/12).
Lampu jalan tak banyak yang menyala. Biasanya, jalan lebih terang berkat lampu-lampu hotel dan penginapan di bibir pantai. Namun, terang dari aktivitas pariwisata tersebut tak ada lagi.
Sebagian besar penginapan di jalan Carita tutup, hanya tersisa bangkainya. Mayoritas kondisi bangunan penginapan yang permanen sudah rusak berat. Tak bisa lagi digunakan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kondisi Bangunan penginapan atau kios yang semipermanen lebih parah. Sudah tak berbentuk. Sebagian hanya tampak atap gentingnya saja dan sudah berada di tanah.
Rumah-rumah warga yang tak jauh dari pantai juga sudah tak berpenghuni. Pemiliknya pergi mengungsi ke daerah yang lebih tinggi. Tak ayal, kawasan Pantai Baran Banten ini sepi serasa mati.
Beberapa kali lewat mobil dan kendaraan lain melintas. Namun, tak banyak.
Fenomena AlamMalam semakin larut. Namun, berada di penginapan tak kalah was-was dibanding melintasi Jalan Raya Carita yang gelap. Gerimis yang sejak sore belum berhenti sepenuhnya. Kilat juga terus-terusan tampak di langit yang gulita.
Angin bertiup begitu kencang, hingga suara pepohonan yang terbawa angin jelas terdengar. Angin kencang, suara pepohonan, dan rintik hujan adalah sajian utama saat bermalam di Pantai Barat Banten.
Suasana lebih mencekam dengan Gemuruh yang berasal dari Gunung Anak Krakatau. Hampir setiap 5 menit sekali, kadang durasinya merenggang 10 atau 15 menit.
 Aktivitas Gunung Anak Krakatau.(ANTARA FOTO/Weli Ayu Rejeki) |
Bagi warga sekitar, sejumlah fenomena alam itu adalah hal biasa. Mereka sering mengalami itu semua terutama di Desember.
"Suara Krakatau memang kedengaran terus dari sini," ucap Roni, satpam salah satu hotel yang masih menerima tamu lantaran agak jauh dari pantai.
Namun, tsunami yang terjadi pada Sabtu (24/12) menjadikan suasana tersebut tak lagi biasa. Ketakutan tsunami kembali terjadi mengendap dalam benak mereka. Kini mayoritas warga lokal yang bermukim di dekat pantai pun memilih untuk mengungsi.
"Kalau dibilang sekarang warga jadi takut pas sudah malam, iya juga, karena kan kemarin tsunami pas malam-malam," ungkap Roni.
(agi)