Jejak Amuk Krakatau Purba hingga Anak Krakatau di Selat Sunda

CNN Indonesia
Kamis, 27 Des 2018 15:38 WIB
Ditingkatkannya status Gunung Anak Krakatau menjadi Level III mengingatkan kembali sejarah letusan dahsyat Gunung Krakatau pada 1883 dan Krakatu Purba.
Gunung Anak Krakatau saat ini tengah erupsi. (STR / AFP)
Gunung Rakata

Satu dari tiga pulau tersisa ledakan Krakatau Purba, yakni Pulau Rakata kemudian tumbuh. Pertumbuhan ini karena dorongan vulkanik dari dalam perut gunung. Pertumbuhan yang cepat membuat pulau ini menjadi gunung yang dikenal sebagai Gunung Rakata yang terbuat dari batuan basaltik.

Tak cuma itu, dua gunung api juga muncul dari tengah kawahnya, bernama Gunung Danan dan Gunung Perbuwatan. Dua gunung itu lama kelamaan menyatu dengan Gunung Rakata yang muncul terlebih dahulu. Persatuan ketiga gunung api inilah yang disebut Gunung Krakatau.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gunung ini pernah meletus pada 1680 menghasilkan lava andesitik asam. Lalu pada tahun 1880, Gunung ini kembali aktif mengeluarkan lava meskipun tidak meletus.

Setelah itu, tidak ada lagi aktivitas vulkanis di Gunung Krakatau hingga 20 Mei 1883. Pada hari itu, setelah 200 tahun tertidur, terjadi ledakan-ledakan kecil. Itulah tanda-tanda awal bakal terjadinya letusan dahsyat di Selat Sunda. Ledakan kecil ini kemudian disusul dengan letusan-letusan kecil yang puncaknya terjadi pada 26-27 Agustus 1883.


Anak Krakatau

Sekitar 40 tahun sejak letusan Krakatau, muncul gunung api yang dikenal sebagai Anak Krakatau. Gunung api ini muncul dari kawasan kaldera Krakatau Purba yang masih aktif.

Anak Krakatau terus bertambah tingginya. Kecepatan pertumbuhan tingginya sekitar 0.5 meter atau 20 inci per bulan. Setiap tahun ia menjadi lebih tinggi sekitar 6 meter atau 20 kaki dan lebih lebar 12 meter atau 40 kaki. 

Penyebab tingginya gunung itu disebabkan oleh material yang keluar dari perut gunung baru itu.

Pertumbuhan Anak Krakatau dari kaldera purba ini menjadi perhatian para ahli geologi. Sebab dengan kejadian menakutkan pada masa lampau, berdasar realita-realita geologi, seismik serta tektonik di Jawa dan Sumatera yang aneh, tak menutup kemungkinan bisa kembali terulang.

Tak ada yang tahu pasti kapan Anak Krakatau akan meletus. Beberapa ahli geologi memprediksi letusan akan terjadi antara 2015 hingga 2083. 

Sementara ahli lainnya menyebut efek gempa di dasar Samudera Hindia pada 26 Desember 2004 silam tak bisa diabaikan karena bisa berpengaruh pada meningkatnya aktivitas vulkanik Anak Krakatau yang berpotensi menjadi letusan.

Namun Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho menyatakan Gunung Anak Krakatau letusannya tak akan sebesar ibunya.

Pasalnya saat Krakatau meletus tahun 1883, ada tiga puncak gunung, yakni Rakata, Danan, dan Perbuwatan.

Sementara saat ini di Selat Sunda hanya ada satu puncak, yakni Anak Krakatau.

(osc/sur)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER