Jakarta, CNN Indonesia -- Terdampak oleh status siaga
Gunung Anak Krakatau, warga Pulau Sebesi ingin direlokasi ke tempat yang lebih aman dan tidak mau kembali lagi ke kampungnya.
"Saya sudah tidak berani lagi pulang ke Pulau Sebesi, bahkan ternak seperti kamping serta harta benda lainnya saya iklaskan," kata Holah salah satu warga Pulau Sebesi yang kini mengungsi ke Kalianda, Lampung Selatan, seperti dikutip dari
Antara, Jumat (28/12).
Warga Dusun Tejang, Desa Teluk Baru, Kecamatan Rajabasa tersebut mengatakan sejak Juni lalu semburan abu vulkanik dan erupsi di Anak Krakatau hampir setiap hari dilihatnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jika memilih bertahan di Pulau Sebesi khawatir akan menjadi korban selanjutnya. Atas dasar itu, ia meminta kepada pemerintah agar dibuatkan rumah di luar Pulau Sebesi. Ia mengaku akan terima dalam bentuk apapun yang penting bisa untuk ditempati.
Senada dengannya, Rosmiati mengatakan dirinya ingin pindah dari Pulau Sebesi. Ia mengaku rumahnya di sana kini sudah hancur. Selain itu, sambung Rosmiati, ia dan keluarganya khawatir terjadi bencana susulan. Rosmiati mengaku kini ia memikirkan kondisi kesehatan dua anaknya yang masih balita.
"Yang terpenting saat ini selamat, saya pun harus bertahan di pengungsian ini karena tidak ingin lagi pulang ke Pulau Sebesi karena jika melihat kondisi Gunung Anak Krakatau tentunya ada kekhawatiran lebih," katanya.
Sementara, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Laksamana Muda TNI (Purn) Willem Rampangile mengatakan seluruh rumah yang berada di pesisir pantai khususnya yang terkena dampak tsunami warganya harus direlokasi.
Namun untuk relokasi tersebut perlu adanya koordinasi dengan pemerintah daerah setempat dan instansi terkait dalam memutuskan kebijakan ke depannya karena lokasi untuk relokasi harus tepat.
"Semua keputusan relokasi harus dengan koordinasi agar tepat nanti keputusannya," katanya.
Warga korban tsunami dari Pulau Sebesi dan Sebuku tiba di dermaga C2 Pelabuhan Panjang, Bandar Lampung, Lampung, 27 Desember 2018. Sebanyak 432 orang pengungsi korban tsunami dari Pulau Sebesi dan Sebuku Lampung Selatan dievakuasi menggunakan Kapal KRI Teluk Cirebon 543 menuju Kalianda. (ANTARA FOTO/Ardiansyah) |
Pengungsi di Gunung Khawatir untuk TurunSementara itu, sejumlah warga di Desa Way Muli Timur dan Desa Way Muli, Kabupaten Lampung Selatan yang mengungsi ke Pegunungan Rajabasa, mengaku trauma untuk turun mengingat aktivitas Gunung Anak Krakatau masih aktif.
"Saya trauma, saya tidak berani turun," kata salah satu warga Way Muli Tumur, Suminta, Jumat (28/12).
Dia mengatakan bencana tsunami telah merusak sebagian rumah beserta perahu miliknya yang biasa dipergunakan untuk mencari nafkah.
"Rumah saya sebelah bagian kanan jalan dan tidak membelakangi laut. Beruntung rumah saya cuma sebagian yang rusak dan terpenting keluarga saya tidak jadi korban," katanya menerangkan.
Warga lainnya, Pajri, saat kejadian dirinya saat itu sedang berada di Pelabuhan Bakauheni. Saat itu ia ingin menyeberang ke Pelabuhan Merak mengantarkan kiriman menggunakan sebuah mobil truk.
"Hanya ada anak dan istri saya yang berada di rumah. Dan untung mereka bisa selamat," kata dia menjelaskan.
(antara/kid)