Jakarta, CNN Indonesia -- Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI)
Din Syamsudin menyebut masing-masing timses peserta
Pilpres 2019 sudah keterlaluan selama masa kampanye berjalan sejak September lalu. Begitu juga para pendukungnya.
"Ini sudah keterlaluan. Kedua belah pihak. Sudah sangat melampaui batas budaya maupun agama," ucap Din di kantor MUI , Jakarta, Rabu (30/1).
Dia memberi contoh ketika nama hewan dibawa-bawa untuk melabelisasi seseorang. Din menganggap hal itu sama dengan tidak menghargai manusia sebagai ciptaan Allah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mendegradasi harkat kemanusiaan dan mendegradasi penciptaan Allah. Illahi," ucap Din.
Din berpesan kepada semua pihak yang berkepentingan dalam pilpres, khususnya para peserta dan timsesnya, agar mengedepankan hal-hal yang subtansial. Misalnya adu konsep, gagasan, visi dan misi. Bukan malah menyerang secara personal.
Din mengatakan pilpres adalah pesta demokrasi tingkat nasional. Karenanya, tidak patut jika yang mengudara di ruang publik adalah serangan-serangan yang bersifat personal.
"Serangan bersifat personal itu, aduh, namanya sifat demokrasi tingkat desa. Bahkan tingkat desa sudah tidak ada," kata Din
Din menegaskan dirinya tidak dalam posisi mendukung salah satu paslon. Dia mengatakan pesannya itu ditujukan kepada kedua Paslon.
Dia berharap waktu yang tersisa sebelum pencoblosan benar-benar digunakan sebaiknya mungkin oleh Paslon dan timses masing-masing. Masyarakat khususnya umat Islam perlu diberikan pandangan yang lengkap perihal visi dan misi jika memenangkan Pilpres mendatang.
"Kita MUI tadi berpesan kepada pasangan maupun timses masing masing, pendukung, jangan jorjoran," kata Din.
"Maka terus terang saya berharap sisa waktu sampai hari pencoblosan nanti itu agar ya berkualitas lah," lanjutnya.
(bmw/wis)