Bandung, CNN Indonesia -- Sidang kasus suap perizinan
Meikarta dengan terdakwa Direktur Operasional
Billy Sindoro dan tiga terdakwa lainnya, pegawai Lippo Group, Henry Jasmen serta dua konsultan
Lippo Group yaitu Taryudi dan Fitra Djaja Purnama, kembali digelar di Pengadilan Tipikor Bandung, Rabu (6/1).
Persidangan menghadirkan sejumlah saksi. Salah satunya CEO Lippo Group James Riyadi. Dalam sidang itu, James dicecar sejumlah pertanyaan, diantaranya soal pertemuan dengan Bupati Bekasi Neneng Hasanah Yasin.
Di awal sidang, jaksa penuntut umum (JPU) dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menanyakan apakah James Riyadi mengetahui proyek Meikarta. James pun menjawab mengetahui proyek tersebut namun bukan ide dan gagasannya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Proyek Meikarta bukan cetusan ide dari saya dan proyek saya pribadi. Waktu
launching saya diundang untuk hadir karena bagian dari cara marketing mempromosikan," kata James.
James mengatakan ia mendapat undangan dari Direktur PT Lippo Karawaci, Ketut Budi Wijaya untuk menghadiri beberapa
launching.
"Ada dua
lanching. Satu acaranya di Aryaduta. Kedua
launching secara ril di lapangan waktu itu ribuan orang datang saya juga jadi ingin tahu," kata James.
Dalam dua pertemuan tersebut, James mengaku tidak ada laporan terkait perizinan pembangunan Meikarta.
"Tidak ada pak jaksa," ucapnya.
Jaksa KPK, I Wayan Riana kemudian menjelaskan terkait pembentukan PT Mahkota Sentosa Utama (MSU) sebagai perusahaan yang membangun Meikarta.
"Sepengetahuan saya memang ada PT MSU. Dimiliki sebagian oleh Lippo Cikarang. Lippo Cikarang adalah perusahaan besar tapi saya tidak tahu berapa persen sahamnya," kata James.
Kepada James, jaksa kemudian bertanya apakah James kenal dengan Presiden Direktur Lippo Cikarang, Toto Bartholomeus.
"Saya kenal. Pak Toto tahun sebelumnya pernah bekerja di Lippo Bank. Beliau anak-anaknya sekolah di Pelita Harapan, di mana saya menjadi pembina di sekolah tersebut. Pak Toto termasuk yang aktif juga di sekolah," katanya.
Sedangkan perkenalan dengan Billy, James mengaku sudah lama kenal. James mengenal Billy selama puluhan tahun dan anaknya juga sekolah di Pelita Harapan. Namun saat ditanya jaksa terkait jabatan Billy di RS Siloam, James mengaku tak tahu.
"Saya tidak pernah kenal pak Billy menjalani apa di RS Siloam tapi beliau sering ke Siloam. Dia sering membantu orang sakit di Siloam," katanya, "Saya tidak tahu dia berkantor di sana apa tidak. Ada jutaan orang datang dan masuk ke Siloam."
[Gambas:Video CNN]
Jaksa pun mendalami soal hubungan James dengan Bupati Bekasi Neneng Hasanah Yasin. James mengatakan, ia tidak pernah merasa dikenalkan dengan Neneng.
Namun, James mengaku pernah bertemu dengan Neneng. Ia berdalih pertemuan tersebut sebagai silaturahmi.
"Tapi entah di tahun berapa saya lupa tahunnya, saya datang ke Meikarta. Pak Toto ada di sana, setelah itu beliau mengajak jalan. Mau ke bupati. Dia bilang bupati lagi melahirkan. Saya juga baru tahu bupatinya wanita. Karena seorang ibu baru melahirkan, akhirnya menerima ajakan beliau kunjungan ke rumah bupati," ucap James.
Menurut James, pertemuan dengan Bupati Neneng tidak sama sekali direncanakan.
"Ingatan saya pertemuannya akhir tahun. Saya tanya kepada Toto, apakah ada alasan lain dia mau ke sana. Tidak ada, mau ucapkan selamat," ujar James.
Jaksa lalu bertanya bagaimana pertemuan tersebut bisa dihadiri Billy Sindoro. James mengaku tak tahu. Ia bersama Toto langsung bertemu Billy di rumah Neneng.
"Seingat saya pada saat Pak Toto mengatakan akan ke rumah bupati, kami langsung berangkat. Beliau (Billy) sudah ada di sana," ujarnya.
James menjelaskan, pertemuan dengan bupati berlangsung selama kurang lebih tiga jam. Menurut dia, tak ada pembicaraan mengenai izin proyek pembangunan Meikarta saat bertemu dengan Neneng. Dia juga mengatakan tak ada pembahasan bisnis dengan Neneng.
"Apakah pertemuan terkait dengan Meikarta," tanya Jaksa.
"Saya tidak tahu, tidak bisa menjawab," kata James.
"Kedatangan menemui bupati, apakah kepentingan Billy dan Toto jika sudah tidak lagi di Lippo?," tanya jaksa kembali.
"Saya diajak saka pak Toto tapi tidak bisa jawab yang pertama," jawab James.
Jaksa kemudian membeberkan bukti percakapan WhatsApp Joseph Christoper Mailool, yang terlibat sebagai penghubung antara terdakwa Billy Sindoro dan terdakwa Fitradjaja Purnama, Taryudi dan Henry Jasmen. Disebutkan jaksa, ada pertemuan di dalam helikopter sebelum menemui Bupati Neneng.
"Seingat saya bertemu di sales office diajak pak Toto lalu pergi," ujarnya.
Meski mengenal Christopher, James tak tahu apa peran mantan Corporate Affairs Siloam Hospital Group tersebut.
"Saya kenal ayahnya beliau dan kenal beliau pernah sekolah di Pelita Harapan," ucapnya.
"Saya tidak mengetahui Chrsitopher membantu perizinan Meikarta," kata James.
Tak puas dengan keterangan James, hakim pun bertanya kembali terkait pertemuan dengan Neneng.
"Kita ingin tahu pak keterangan ssudara saksi terhadap terdakwa. Kalau bertamu ke pejabat, faktanya ada kepentingan apa? Pasti ada urusan. Masa cuma nengok baby?," tanya hakim Tardi.
"Untuk pertemuan itu, saya spontan datang karena tahu ibu bupati baru punya anak," ujar James.
"Lalu apa yang dibicarakan Toto, Billy dan bupati?," tanya hakim kembali.
"Selain basa basi, saya tidak ingat bicara apa saja. Yang saya ingat yang banyak bicara ibu bupati. Saya tidak ingat Pak Toto dan Pak Billy bicara Meikarta," ucap James.