Surabay, CNN Indonesia -- Gubernur Jawa Timur
Khofifah Indar Parawansa mengaku bermimpi memiliki ruangan pusat kontrol dengan banyak monitor untuk memantau dan berkomunikasi jarak jauh dengan jajarannya seperti milik
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Hal ini dikatakannya saat meninjau ruangan kerja miliknya dan Wakil Gubernur Jatim Emil Elistianto Dardak di hari pertama keduanya resmi berkantor, di Surabaya, Jumat (15/2).
Keduanya, yang tiba di Kantor Gubernur pukul 09.00 WIB, langsung disambut Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Timur Heru Tjahjono, Kepala Biro Umum Ashari Abubakar, dan Kepala Biro Humas dan Protokol Aries Agung Paewai.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya punya mimpi besar, punya
operation room seperti Badan Nasional Penanggulangan Bencana [BNPB]. Bukan kita harus buat semewah dan sedetail BNPB, tapi kita akan berusaha dapat koneksitas dengan BNPB yang biasanya memberikan deteksi dini bencana alam," katanya, di ruang kerjanya.
Khofifah ingin agar ruangannya bisa tersambung dengan pusat data. Sejumlah monitor berukuran besar pun dibayangkannya ada di ruangan itu untuk memantau beberapa hal.
Yakni, peta daerah rawan bencana, layar yang terhubung dengan setiap Organisasi Perangkat Daerah (OPD) untuk melakukan video konferensi dan komunikasi dengan para Kepala OPD di lingkungan Pemprov Jatim.
 Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho memaparkan peta bencana gunung berapi di ruang operasi BNPB. ( CNN Indonesia/Adhi Wicaksono) |
"Kalau bisa layarnya tebal, bisa menampilkan 48 layar sehingga bisa berkomunikasi secara personal dengan para kepala dinas atau kita melakukan meeting secara teleconference. Apalagi di Jatim ini kantor OPD berpencar tidak satu area. Tidak efektif bila ada hal urgent harus datang, belum macetnya," tutur mantan Menteri Sosial ini.
Pantauan KebencanaanMenurut Khofifah, layar monitor ini juga penting dalam upaya antisipasi kebencanaan. Ia ingin sistem tersebut mampu dijalankan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) tingkat II atau kabupaten/kota. Nantinya, kata dia, sistem itu mempunyai koneksivitas dengan seluruh OPD yang ada.
Bila langkah ini dilakukan, kata Khofifah, maka deteksi dini bisa dilakukan tak hanya oleh BPBD, tapi juga dinas terkait lainnya. Misalnya Dinas Pendidikan dan Dinas Pekerjaan Umum.
Hal ini karena sebagian besar tekstur tanah di Jatim rentan terjadi longsor, ataupun hujan dengan intensitas tinggi yang dapat mengakibatkan banjir.
"Jadi sekali klik bisa keliatan mana daerah yang banjir sehingga
early warning system bisa terakses dan menjadi antisipasi dan kewaspadaan bersama," katanya.
 Khofifah dan Emil Dardak usai dilantik oleh Presiden Jokowi di Istana Negara, 13 Februari. ( ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari) |
Tak hanya itu, Khofifah dan Emil juga berencana membangun kampung siaga bencana, sebagai langkah antisipasi bencana berbasis budaya.
"Sekarang era digital, jadi kita akan buat bagaimana semua ruang kerja terhubung dengan digitalisasi yang memungkinkan kita mengakses informasi yang sudah terintegrasi," kata Khofifah, saat meninjau ruang kerja Emil.
[Gambas:Video CNN] (frd/arh)