Jakarta, CNN Indonesia -- Ketua
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Marsudi Syuhud menduga kelompok yang kerap memojokkan dan menggempur NU dari segi ibadah serta keyakinan telah ikut terjun menunggangi kepentingan politik di
Pilpres 2019.
Dugaan itu disampaikan Marsudi saat dimintai pandangan terkait video viral di media sosial yang berisi keresahan seorang ulama bahwa NU akan tinggal fosil bila pasangan capres-cawapres nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin kalah di Pilpres 2019.
Menurut Marsudi, kelompok itu selalu menggempur NU di berbagai forum mulai yang berlangsung di musala, masjid, hingga televisi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mereka biasanya gempur terus di forum-forum, mau musala, masjid, pidato, televisi. Gempur terus, baik dari segi ibadahnya bahkan dari segi pikirannya," kata Marsudi kepada
CNNIndonesia.com, Selasa (19/3).
Dia pun membenarkan bahwa kelompok yang kerap menggempur NU tersebut tidak sepakat dengan acara seperti zikir, tahlil, hingga penyelenggaraan Hari Santri. Menurutnya, kelompok itu telah melancarkan beragam gempuran itu sejak lama.
Marsudi menegaskan, pihaknya sebenarnya tidak mempermasalahkan cara pandang kelompok tersebut yang berbeda dengan NU. Namun, menurutnya, perbedaan cara pandang tersebut seharusnya disampaikan dengan tidak menyalahkan ibadah atau keyakinan kelompok lain.
Dia melanjutkan, perbedaan cara pandang tersebut juga seharusnya tidak disampaikan dengan pernyataan yang menyalahkan kelompok lain hingga tudingan sumber perpecahan.
"Kalau kami berbeda boleh saja, tapi perbedaan itu untuk kita dan kita hendaknya punya akhlak moral perbedaan. Orang yang provokasi seperti ini yang sesungguhnya memecah belah," ujar Marsudi.
Sebelumnya, seorang ulama menyatakan NU akan tinggal sejarah jika Jokowi-Ma'ruf gagal di Pilpres 2019. Ia menyebut ada kelompok yang tidak suka dengan kalangan
ahlussunnah wal jamaah. Menurutnya, kelompok ini kerap menyebut ritual keagamaan yang dijalankan NU sebagai bidah, musyrik, bahkan kafir.
"Mereka ini akan membuat sebuah kekuatan yang apabila terjadi maka akan menjadikan Islam mainstream seperti NU ini, seperti pesantren ini, hanya akan menjadi fosil di masa depan," ujar ulama tersebut dalam video yang diunggah akun Twitter @RajaPurwa, Senin (18/3).
"Jangan berpikir masih ada tahlil, jangan berpikir masih ada zikir di Istana, jangan berpikir ada Hari Santri apabila sampe Kiai Ma'ruf kalah," sambung sang ulama.
[Gambas:Video CNN] (mts/arh)