Jakarta, CNN Indonesia --
Kementerian Agama merespons pengakuan Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Kudus, Saekan Muchith yang menyebut mendapat arahan dari eks Ketua Umum PPP
Romahurmuziy atau Romi terkait proyek pembangunan Gedung Surat Berharga Syariah Negara (SBSN). Saekan mengaku saat itu Romi minta agar 'teman-teman Jakarta diamankan'.
Kepala Biro Humas, Data, dan Informasi Setjen Kemenag Mastuki mengatakan pernyataan Saekan itu baru sebatas pengakuan yang tanpa disertai bukti.
"Itu kan berdasarkan pengakuan yang bersangkutan," kata Mastuki kepada
CNNIndonesia.com, Senin (25/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mastuki menerangkan, Saekan selaku dosen yang juga PNS Kemenag lebih baik melaporkan ke Inspektorat Jenderal Kemenag dengan disertai bukti. Tanpa bukti, kata dia, Kemenag tak bisa menindaklanjuti informasi seperti yang disampaikan Saekan.
"Kami mendapat info dan kabar seperti itu dari beberapa orang. Tetapi semampang (seandainya) tak ada laporan dan bukti, kami tidak bisa menindaklanjuti. Apalagi di luar sistem dan tak ada arahan terkait praktik semacam itu," ucap Mastuki.
Saekan sebelumnya mengaku mendapat arahan dari Romi ketika menjabat sebagai Wakil Ketua I STAIN Kudus 2017 lalu.
Kepada
CNNIndonesia.com, Saekan mengaku mendapat telepon dari salah seorang pejabat selevel eselon II Kementerian Agama yang berbicara soal proyek SBSN 2017.
Dalam telepon tersebut, pejabat yang bersangkutan mengatakan bahwa Romi akan berbicara. Begitu telepon diterimakan, Romi hanya mengungkapkan kalimat yakni "Teman-teman dari Jakarta tolong diamankan ya".
"Setelah itu telepon diberikan lagi ke si pejabat. Dan saya yang tadinya bingung, baru paham setelah dijelaskan si pejabat kalau yang dimaksud adalah proyek SBSN 2017," kata Saekan.
[Gambas:Video CNN] (osc/dea)