LSI: Gelombang Golput Bakal Mendera Elektabilitas Jokowi

CNN Indonesia
Sabtu, 13 Apr 2019 01:15 WIB
LSI Denny JA menyatakan tantangan bagi pasangan Jokowi-Ma'ruf adalah gelombang golput, yang memungkinkan memangkas jarak dengan Prabowo-Sandi.
Calon presiden nomor 01 Joko Widodo menghadiri kampanye bersama relawan buruh, Sahabat Jokowi, di Kompleks Gedung Budaya Sabilulungan, Kabupaten Bandung, Selasa (9/4). (Agus Suparto/Fotografer Pribadi Jokowi)
Jakarta, CNN Indonesia -- Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA menilai pemilih golput berpotensi mendera raihan suara Jokowi-Ma'ruf Amin di Pilpres 2019. Situasi ini justru menjadi pemicu peningkatan elektabilitas pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

"Bukan tidak mungkin ketika golput banyak terjadi. Dukungan Prabowo-Sandiaga bisa naik. Kami melihat memang tantangan ada di golput," kata Peneliti LSI Denny JA Ardian Sopa di Kantor LSI, Jakarta Timur, Jumat (12/4).

Ardian mengatakan gelombang golput pasti terjadi dalam Pemilihan Umum 2019. Gelombang Golput ini bisa memberikan efek negatif bagi elektabilitas pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau golput yang terjadi nanti mendera lebih banyak ke Jokowi," ujar Ardian.


Ardian mengatakan adanya potensi kejadian luar biasa juga akan mempengaruhi elektabilitas kedua paslon. Kejadian luar biasa ini akan berdampak pada citra kedua paslon. Misalnya, kata dia, terkait dengan pernah ada fenomena hoaks Ratna Sarumpaet yang berimplikasi kepada citra kubu Prabowo.

" Kalau tidak ada yang luar biasa tentu hasil survei kami akan tetap ajeg akan tetap seperti ini," kata Ardian.

Ardian juga menyinggung isu kasus tercoblosnya Jokowi di Malaysia berbeda dengan kasus dugaan penganiayaan Ratna Sarumpaet yang memengaruhi elektabilitas Prabowo Subianto. Dalam kasus pencoblosan surat suara Jokowi di Malaysia, Ardian mengatakan tidak ada bukti bahwa Jokowi terlibat. Oleh karena itu, ia mengatakan kasus surat suara ini tidak mempengaruhi elektabilitas Jokowi.


Pada kasus Ratna Sarumpaet, kata Ardian, Prabowo langsung melakukan konferensi pers, belum lagi mengingat Ratna merupakan anggota tim Badan Pemenangan Nasional (BPN). "Prabowo langsung bikin konpers yang ia mengutuk dan sebagainya padahal itu belum tentu kebenarannya," ujar Ardian.

Menurut Ardian langkah yang diambil Prabowo ini merugikan elektabilitas dalam Pilpres 2019. Masyarakat banyak yang menyesalkan langkah yang diambil Prabowo tanpa melakukan pengecekan ulang. "Masyarakat menyesalkan keputusan yang selalu cepat dari Prabowo," kata Ardian.

Meski menyinggung kasus di Malaysia tak mempengaruhi elektabilitas Jokowi, namun faktanya survei elektabilitas yang dirilis LSI merupakan survei dalam rentang waktu 4-9 April. Peristiwa tercoblosnya Jokowi di Malaysia, baru terjadi pada Kamis (11/4).

Sebelumnya, hasil survei LSI menunjukkan Jokowi-Ma'ruf unggul dua digit ketimbang Prabowo Subianto-Sandiaga Uno di Pilpres 2019. Hasil survei menunjukkan Jokowi-Maruf unggul dalam rentang 55,9 persen sampai 65,8 persen. Sementara Prabowo-Sandi memperoleh dukungan dalam rentang 34,2 persen sampai 44,1 persen.

[Gambas:Video CNN] (jnp/ain)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER