Jakarta, CNN Indonesia -- Lingkaran Survei Indonesia (
LSI) Denny JA mengklaim punya rekam jejak yang kredibel sebagai lembaga yang melakukan perhitungan cepat (
quick count) dan
exit poll dalam pemilihan presiden (
Pilpres) 2019. Maka itu, tak perlu meragukan hasil.
Hal itu diungkapkan Denny JA, pendiri LSI, menanggapi tudingan calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto terkait ada sejumlah lembaga survei yang mencoba menggiring opini bahwa pihaknya kalah dalam Pilpres 2019.
Denny mengatakan siapapun boleh berpendapat atau mengklaim bahwa terdapat lembaga survei yang tak kredibel dan memihak salah satu kubu. Namun, masyarakat bisa memeriksa kualitas lembaga survei di internet.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami punya kapasitas individu, coba ketik di google. Itu semua kebaca dan bisa membuat orang menilai dengan sendirinya melalui pencarian di google," ungkap Denny, Rabu (17/4).
Denny mengakui sebagai salah satu lembaga yang menyelenggarakan quick count, ada pihak yang membayar atau menaruk dana di LSI Denny JA. Hanya saja, hal itu bukan berarti membuat LSI menjadi tak memiliki kredibilitas.
"Jika ada isu dibayar, kami memang dibayar. Tapi kalau dibayar mahal, lembaga riset itu akan semakin tinggi artinya kualitasnya, yang menentukan benar atau salah ya rekam jejak," tegasnya.
Secara terpisah, peneliti LSI Denny JA menegaskan pihaknya bersifat independen dalam melakukan survei. Sebab, kepercayaan masyarakat akan bergantung dari kualitas lembaga itu sendiri.
"Kami bekerja independen," tegas Fitri.
Fitri menyebut seluruh proses quick count dan exit poll dilakukan melalui metode ilmiah. Dengan begitu, hasilnya pun sudah teruji dan bisa dipertanggungjawabkan.
"Tapi prinsipnya kami tetap menganggap Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai otoritas yang menetapkan pemenang pilpres 2019," pungkas dia.
[Gambas:Video CNN] (aud/lav)