LIPUTAN KHUSUS

Keluh Kesah dan Siasat Pantura Hadapi 'Badai' Trans Jawa

CNN Indonesia
Selasa, 28 Mei 2019 11:34 WIB
SPBU, rumah makan, dan hotel di kawasan Pantura harus punya siasat sendiri agar roda ekonomi terus berputar saat pelanggan kini berpindah ke Tol Trans Jawa.
Tak sedikit tempat usaha di kawasan Pantura gulung tikar setelah Tol Trans Jawa beroperasi. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sejak diresmikan Tol Trans Jawa ruas Cikopo-Palimanan (Cipali) pada 13 Juni 2015 bisnis restoran, hingga stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di jalur Pantai Utara (Pantura) bak dihantam badai. Omzet turun drastis, para pelanggan tak lagi singgah karena memilih jalur tol yang lebih cepat.

Data Dampak Operasi Tol Cipali Terhadap Aktivitas Ekonomi di Pantura dan Cipali Tahun 2015 milik Bank Indonesia mencatat omzet restoran di Pantura turun hingga 78 persen.

Rumah-rumah makan besar satu persatu pun tumbang, tak kuat menghadapi terpaan penurunan omzet. BI mencatat jumlah restoran di jalur Pantura berkurang hingga 68 persen pasca ruas tol Cipali dibuka.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tapi ada sejumlah rumah makan  yang masih bertahan. Mereka mengais puing-puing dari terpaan badai Trans Jawa untuk bertahan.

Salah satunya adalah Rumah Makan dan Hotel Markoni di Kecamatan Sukasari, Subang, Jawa Barat. Tempat usaha yang sudah berdiri sejak 1980-an ini punya siasat tersendiri.  

Yuli Hermawan pemilik Rumah Makan Markoni mengakui usahanya babak belur usai tol Cipali beroperasi. Perusahaan Otobus (PO) yang bekerjasama dengannya semua lari. Bus-bus itu memilih lewat tol. Markoni pun sepi.

"Sempat kasih kesempatan dulu buat PO barangkali mau buka di sini beberapa bulan (pasca peresmian) Cuma, engga sampe setahun. Akhirnya, Enam bulananan lah (pasca tol Cipali diresmikan) di desember 2015 kita tutup rumah makan," kata Yuli ditemui di CNNIndonesia.com beberapa waktu lalu.

Tutupnya rumah makan sangat berdampak pada kondisi keuangan Yuli. Pasalnya, sebagian besar penghasilannnya didapat dari rumah makan.

Siasat Pantura Hadapi 'Badai' Tol Trans Jawa (EMBARGO)Hotel Markoni di kawasan Pantura tak seramai dahulu. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Beruntung, Yuli punya usaha sampingan berupa karaoke. Meski tak banyak hasil yang diraih, usaha karaoke itu harus jadi tulang punggung buat Markoni.

Tempat karaoke miliknya itu masih berlokasi satu komplek dengan rumah makan dan hotel Markoni. Meski ikut terdampak tol Cipali, karaoke miliknya masih memiliki pelanggan setia. Kebanyakan dari mereka adalah warga sekitar yang mencari hiburan.

Selain karaoke Yuli bergantung pada bisnis hotel miliknya. Meski sepi ia tetap bertahan dengan hotel 70 kamar miliknya itu. Untuk mengakali agar tingkat hunian tetap tinggi, Yuli banting harga. Pelanggan dari kalangan tenaga pemasaran perusahaan atau sales yang butuh tempat menginap tetap dipertahankan.
Lihat juga:Pengusaha Truk Keluhkan Tarif Tol Trans Jawa

Dua tahun mengais puing-puing rezeki dari hotel dan karaoke, angin segar datang di 2017. Sebuah Badan Usaha milik Negara (BUMN) menyewa hotel milik Yuli untuk dijadikan tempat tinggal atau mess karyawan.

BUMN tersebut dikabarkan tengah membangun Pelabuhan Patimban, sebuah proyek strategis nasional senilai Rp43,2 triliun.

Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas menyebut Pelabuhan Patimban diharapkan menjadi stimulator pengembangan wilayah di daerah Subang. Pelabuhan ini diperkirakan memiliki kapasitas hingga 7,5 juta peti kemas. Diperkirakan pelabuhan ini akan jadi salah satu pusat keramaian baru di wilayah Jawa Barat bagian utara.

"Setelah Patimban, mudah-mudahan saja ada investor masuk sini ngasih modal," kata Yuli berharap.
Siasat Pantura Hadapi 'Badai' Tol Trans Jawa (EMBARGO)Jalan masuk Pelabuhan Patimban. Keberadaan pelabuhan ini jadi harapan baru masyarakat Pantura.(CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)

Membuka usaha di luar jalur Pantura  juga menjadi salah satu siasat bertahan Markoni. Yuli pun mencoba peruntungan dengan membuka Rumah Makan Markoni di Jalan Raya Sembung, dekat dengan gerbang keluar tol Cipali arah Subang pada 2017.

Pasca buka di sana, PO bus pun mulai kembali berdatangan untuk bekerjasama dengan Yuli. Menurutnya beralih tempat usaha adalah salah satu cara yang harus dilakukan untuk bertahan dari merosotnya usaha di sepanjang Pantura.  

Siasat serupa dengan berpindah tempat usaha juga dilakukan oleh Warung Makan Kita. Bedanya, pengelola Warung Makan Kita memilih untuk buka di tempat peristirahatan (rest area) Tol Trans Jawa kilometer 294. Salah satu pegawai, Sisca (20) mengatakan, usahanya kini lebih ramai dibanding di tempat asalnya, di Pantura, tepatnya di Tegal, Jawa Tengah.

Selain restoran dan rumah makan usaha SPBU pun ikut bersiasat. Tol Trans Jawa juga memberikan imbas negatif pada sektor ini. SPBU Muri Tegal misalnya, penurunan penghasilan cukup terasa akibat tol Trans Jawa. Untuk menghadapi itu SPBU yang sudah berdiri sejak 2006 silam ini memilih untuk membuka cabang baru di rest area km 228 Tol Trans Jawa.

"Solusinya ya harus cari tempat yang dekat sana biar langganan yang biasa di sini balik lagi. Sekarang ya Alhamdulillah udah pada balik lagi langganannya," kata Supervisor SPBU Muri Fikri.

Berharap pada Pelabuhan dan Pabrik

Kendati kini Pantura tak lagi jadi jalur emas untuk pengusaha restoran, pedagang, dan SPBU, harapan berbisnis di sana masih ada. Yuli misalnya, dia berharap pada Pelabuhan Patimban dapat kembali meramaikan Pantura yang kini sepi.

Pelabuhan dan pabrik ternyata memang  adalah salah satu solusi yang ditawarkan Pemerintah untuk menghadapi terjangan badai di Pantura. Di sepanjang jalan Pantura CNNIndonesia.com menemukan sejumlah pabrik yang berdiri tegak. Kebanyakan adalah pabrik tekstil di antaranya adalah PT Pan Pasific Nesia dan SJ Model yang bertempat di Kecamatan Ciasem, Subang, Jawa Barat.
Siasat Pantura Hadapi 'Badai' Tol Trans Jawa (EMBARGO)Keberadaan pabrik-pabrik di kawasan Pantura jadi harapan baru warga setelah lalu lintas tak seramai dahulu. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)

Pelabuhan dan pabrik itu ternyata adalah solusi yang dimaksud. Salah satu pejabat Kecamatan Ciasem menuturkan pabrik dan tol itu diharapkan dapat menyerap tenaga kerja yang berguguran akibat banyaknya usaha-usaha tutup di sepanjang Pantura. Banyak dari buruh pabrik itu, kata dia, adalah bekas pegawai dari rumah makan yang pernah berdiri di jalur Pantura.

"Isu aktualnya bahwa ada pengangguran. Makanya harus bikin komitmen yang tidak bekerja bisa dilimpahkan kepada perusahaan-perusahaan. Perusahaan baru kan ini garmen ada tiga. Ada garmen Cisait, SJ Model sama PT Pan Pacific Nesia. Itu ada banyak, Alhamdulillah membantu pengangguran," kata sang pejabat.

Para pengusaha rumah makan pun sangat berharap dengan keberadaan pabrik-pabrik dan Pelabuhan Patimban. Keduanya diharapkan dapat menjadi pusat keramaian baru di Pantura yang kini sepi. Asa masih ada untuk menjadikan Pantura sebagai jalur emas bagi para pengusaha restoran, pedagang dan SPBU.

"Kalau pelabuhannya sudah jadi, bisa ramai lagi," ucap Yuli.
[Gambas:Video CNN] (ugo/sah/sur)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER