Penggagas Hijrah Fest, Arie Untung, tak menampik bahwa tren hijrah di kalangan anak muda belakangan ini menjadi peluang besar untuk meraup keuntungan. Perubahan fisik dalam proses hijrah kini tak lagi dipandang sebelah mata.
Jika dulu laki-laki bercelana
cingkrang dan perempuan mengenakan cadar dianggap aneh, hal itu saat ini justru menjadi tren yang digemari anak muda.
“Tren hijrah ini sebenarnya sesuatu yang baik menurut saya. Dulu kan orang pakai celana kulot, berjenggot, itu dianggap aneh tapi sekarang jadi tren. Orang akhirnya merasa
enjoy,” katanya kepada
CNNIndonesia.com.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Maraknya tren hijrah ini yang kemudian memicu Arie membuat gelaran Hijrah Fest pertama kali di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan pada November tahun lalu. Tak disangka, antusiasme anak muda yang datang begitu besar. Tiket masuk yang dibanderol dengan harga Rp80 ribu itu pun habis terjual.
Namun ia menolak jika dituding melakukan komersialisasi agama gara-gara mematok tiket masuk dalam gelaran Hijrah Fest. Menurut mantan VJ MTV ini, penyelenggaraan festival ini juga termasuk bagian dari proses hijrah, yang ia sebut dengan berbisnis secara islami.
 Hijrah Fest Medan merupakan salah satu rangkaian acara Hijrah Festival yang rutin digelar di kota-kota besar Indonesia. (CNN Indonesia/Tri Wahyuni) |
Arie meyakini festival hijrah ini secara tak langsung telah berhasil menunjukkan pada masyarakat luas bahwa gaya hidup muslim dapat menjadi sesuatu hal yang menyenangkan.
“Ibaratnya kalau dangdutan nonton konser yang
ngajak maksiat enggak pakai bayar aja mau. Tapi kalau diajak ke surga harus bayar enggak mau. Itu yang
mindset-nya harus diubah, bagaimana
event Islam seperti ini akan tumbuh subur jika secara bisnisnya tidak didukung oleh
market-nya,” ucap Arie.
Dalam proses persiapan Hijrah Fest yang lalu pun, Arie bukannya tak menghadapi kendala. Ia mengaku cukup kesulitan mencari sponsor lantaran banyak pihak yang meragukan festival bertema agama ini.
Belakangan, keuntungan yang diperoleh dari hasil penjualan tiket itu disebut Arie tak cukup menutup seluruh biaya operasional penyelenggaraan acara.
“Ketika kita mulai itu ada yang
suuzan. Kalau dilihat ada tuh satu sponsor kecantikan, sisanya tidak ada. Itu juga yang membuat saya prihatin, produk-produk yang bergerak di bidang Islami ini mungkin belum percaya juga dengan event seperti ini,” ujarnya.
Belakangan penjualan aksesoris Hijrah Fest melalui akun instagram pun laris terjual meski acara sudah berakhir. Berbagai aksesoris seperti kaus, topi, pin, polo shirt, tote bag, hingga hijab menjadi sejumlah barang yang banyak dicari.
Berkaca dari kesuksesan tahun lalu, Arie pun kembali menggelar Hijrah Fest bertepatan dengan ramadan tahun ini. Acara itu diselenggarakan selama tiga hari mulai 24 hingga 26 Mei 2019 di JCC Senayan.
 Pengunjung Hijrah Fest Medan memadati ruangan auditorium tempat digelarnya kajian dan pementasan kreativitas. (CNN Indonesia/Tri Wahyuni) |
Harga tiket yang dijual tahun ini naik menjadi Rp95 ribu untuk satu hari dan Rp190 ribu untuk tiket terusan selama tiga hari. Sejumlah ustaz kondang telah dijadwalkan hadir termasuk ustaz Abdul Somad, Adi Hidayat, Yusuf Mansyur, Felix Siauw, dan deretan selebritas hijrah squad. Sejumlah stan seperti hapus tato berbayar setoran hafalan surat Alquran, 270
tenant produk syar'i, hingga stand
taaruf online dihadirkan.
Arie menyatakan keuntungan dari penjualan tiket itu sebagian akan didonasikan ke Palestina dan digunakan untuk infak. Ia tak menyebut soal
fee atau keuntungan yang dibagi bersama jajaran artis yang diundang.
Arie berharap acara Hijrah Fest dapat digelar secara rutin setiap tahun. Ia juga berharap pemerintah dapat memberikan dukungan penuh pada acara tersebut.
“Keinginannya sih setahun sekali. Tapi ya belum tentu kan, maka dukungan dari pemerintah sangat kita perlukan. Insyaallah ke depannya bisa berjalan terus,” ucapnya.
(pris/dal/dal)