Trauma Bentrok 2 Desa di Buton, 871 Warga Masih Takut Pulang

CNN Indonesia
Jumat, 07 Jun 2019 13:46 WIB
Meski Polisi memastikan suasana di lokasi bentrok sudah kondusif namun 871 warga masih memilih untuk tinggal di pengungsian karena takut bentrok terulang.
Buntut bentrok dua desa di Buton, ratusan warga masih mengungsi. (ANTARA FOTO/ Emil)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kepolisian menyebut jumlah warga mengungsi akibat bentrokan dua kampung di Buton, Sulawesi Tenggara mencapai 871 orang. Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal Polisi Dedi Prasetyo mengatakan ratusan warga trauma.

"871 orang mengungsi, rumah mereka rusak dan secara psikologis takut kejadian tersebut," kata Dedi di Mabes Polri, Jumat (7/6).

Dedi memastikan hingga saat ini situasi di dua kampung berseteru, Desa Sampoabalo dan Desa Gunung Jaya sudah kondusif. Sejumlah petinggi aparat masih di lokasi kejadian, mulai dari Kapolda, Danrem, dan Bupati.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Lokasi sudah dilokalisir agar kejadian tak terulang," ujarnya.


Trauma Bentrok Dua Desa di Buton, 871 Warga Masih MengungsiKepala Biro Penerangan Masyarakat Brigadir Jenderal Dedi Prasetyo. (CNN Indonesia/Hesti Rika)

Dalam kesempatan tersebut, Dedi menyebut bentrok antarwarga di daerah tersebut baru pertama kali terjadi. Dedi menyebut kedua daerah relatif bersahabat, tidak pernah ada peristiwa kerusuhan seperti yang terjadi saat ini.

"Tidak pernah ada kejadian seperti itu," ujarnya menegaskan.

Kepolisian telah mengantongi identitas provokator dan pelaku pembakaran puluhan rumah. Seperti diketahui, peristiwa pembakaran puluhan rumah itu merupakan ujung dari bentrokan antar warga Desa Sampoabalo dan Desa Gunung Jaya.

Selain itu, diketahui bentrok warga Desa Sampoabalo dan Desa Gunung Jaya mengakibatkan dua orang meninggal dan delapan orang lainnya terluka.


Kerusuhan bermula dari konvoi muda-mudi yang dilakukan di malam takbiran, Selasa (4/6). Sekitar 40 orang Desa Sampuabalo melakukan konvoi dengan 20 motor knalpot racing yang identik dengan bunyi bising.

Di depan permukiman warga, mereka memainkan gas motornya. Hal tersebut pun membuat masyarakat Desa Gunung Jaya terganggu.

Kesalahpahaman warga dua desa berlanjut keesokan harinya atau seusai Shalat Idul Fitri hingga terjadi pembakaran puluhan unit rumah warga setempat.

Kabid Humas Polda Sultra, Ajun Komisaris Besar Herry Goldenhart salah satu warga yang tewas lantaran disasar busur dan senjata tajam parang.

"Kami imbau warga yang bertikai untuk menahan diri. Kepolisian, TNI serta pemerintah daerah terus berupaya membangun rekonsiliasi demi kepentingan dan keselamatan warga," katanya, kemarin.

[Gambas:Video CNN] (gst/ain)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER