Jakarta, CNN Indonesia -- Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) pasangan
Jokowi-Ma'ruf Amin, Ace Hasan Syadzily menilai koalisi parpol pendukung pasangan calon presiden dan wakil presiden
Prabowo Subianto-Sandiaga Uno sudah tidak solid.
Koalisi yang tidak solid menurut Ace, salah satunya tecermin dari video berisi pernyataan Wakil Sekjen PAN, Faldo Maldini yang diunggah di akun
YouTube pribadinya. Faldo dalam video itu menyebut Prabowo-Sandi tidak akan memenangkan gugatan Pilpres 2019 di Mahkamah Konsititusi (MK).
"Artinya sekarang di tubuh BPN itu tak lagi solid. Ini menunjukkan mereka sudah tidak solid lagi," kata Ace saat ditemui di Kompleks MPR/DPR, Jakarta, Selasa (18/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pernyataan Faldo tersebut menurut Ace sangat objektif. Terutama melihat berbagai persoalan, terutama mengenai minimnya bukti dan argumentasi yang diajukan Tim Hukum Prabowo di MK.
Menurutnya, pernyataan Faldo tersebut sudah realisitis bisa merujuk fakta-fakta dan bukti yang ada di persidangan perselisihan hasil pemilu (PHPU) di MK.
"Ya, mungkin Faldo sudah realistis dan dia melihat secara objektif terhadap fakta yang terjadi dalam proses gugatan dan proses pemilihan kemarin. Jadi dia objektif aja," kata Ace.
Lebih lanjut, Ace menegaskan pernyataan Faldo itu tak akan berpengaruh terhadap jalannya sidang MK. Ia mengatakan sidang MK hanya bisa dipengaruhi oleh argumentasi dan bukti-bukti objektif selama masa persidangan
"Tentu itu tak akan mempengaruhi terhadap MK, saya kira MK tak dapat dipengaruhi oleh apapun kecuali fakta objektif di lapangan," kata Ace.
Sebelumnya, Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno telah merespons ucapan Faldo.
Dengan nada menyindir, anggota tim hukum BPN Prabowo-Sandi, Nicholay Apriliando menyatakan pihaknya optimis terhadap gugatan yang sedang diproses MK.
"Manusia kalau enggak optimis enggak usah jadi manusia," ucap Nicholay di Media Center BPN, Jakarta, Senin (17/6).
Nicholay menegaskan bahwa BPN meyakinikecurangan dan pelanggaran begitu banyak terjadi sehingga bisa disebut terstruktur, sistematis, dan masif.
"Dalam satu perjuangan kalau enggak optimis ngapain kita berjuang. Mending pakai sarung," kata Nicholay.
Faldo sendiri memaparkan argumentasinya bahwa Prabowo-Sandiaga akan kalah di sidang sengketa hasil Pilpres di MK.
Salah satu argumennya berdasarkan data suara kekalahan Prabowo. Secara kuantitatif, kata Faldo, kekalahan Prabowo-Sandi sekitar 17 juta suara. Untuk membuktikan terjadi kecurangan itu, tim Prabowo harus dapat membuktikan sebanyak 50 persen dari 17 juta suara tersebut.
"Nah dari 17 juta lu bagi jadi dua misalkan,butuh 8,5 tapi kan setidaknya lu butuh sembilan juta bahwa ada potensi kecurangan dalam perhitungan nih yang itu dibuktikan dengan C1 asli yang dimiliki oleh saksi nah 9 juta suara," tuturnya.
Untuk mendapatkan sembilan juta suara, kata Faldo, harus dibagi rata setiap TPS. Dia pun mencontohkan dengan memasukkan angka 250 suara di setiap TPS. Selanjutnya, sembilan juta dibagi dengan jumlah angka di setiap TPS sehingga mendapatkan 36 ribu TPS yang menunjukkan Prabowo menang 100 persen.
"Bayangin kalau misalkan menangnya enggak 100% berarti TPS-nya harus di atas 36 ribu dong. Kalau misalnya Prabowo-Sandi cuma menang 50 persen di 36 ribu itu, maka ada penjumlahan jumlah TPS yang lo butuhin C1-nya, kalau seandainya menangnya tidak 100%. Semakin kecil kemenangan Prabowo-Sandi semakin banyak TPS yang dibutuhin," tuturnya.
(rzr/wis)