Moeldoko: Ada Kelompok Tak Ingin Jokowi-Prabowo Rekonsiliasi

CNN Indonesia
Rabu, 26 Jun 2019 18:31 WIB
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menyebut kelompok yang tak menginginkan rekonsiliasi mempunyai motif politik tertentu.
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menduga kelompok yang turun ke jalan merupakan mereka yang tak menginginkan ada rekonsiliasi pascapilpres 2019. CNN Indonesia/Feri Agus Setyawan
Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko mengatakan ada kelompok yang tak ingin terjadi rekonsiliasi usai pelaksanaan Pilpres 2019. Ia menyatakan kelompok tersebut tak bisa menerima proses rekonsiliasi hingga akhirnya masih melakukan aksi turun ke jalan.

"Kami sinyalir bahwa proses menuju rekonsiliasi berjalan dengan baik. Tapi ada kelompok-kelompok yang tidak bisa menerima itu. Tidak bisa menerima itu. Masih memaksakan diri untuk turun ke jalan," kata Moeldoko di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu (26/6).

Moeldoko menduga kelompok-kelompok yang tak menginginkan rekonsiliasi antara pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin dengan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno itu memiliki agenda dan kepentingan lain. Ia menyebut sudah memetakan kelompok-kelompok itu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Mungkin punya agenda lain. Kami sudah tahu itu, siapa-siapa sudah tahu. Kelompok mana saja sudah kami petakan," tutur wakil ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf itu.


Namun demikian, mantan Panglima TNI itu enggan mengungkapkan identitas kelompok yang enggan terjadi rekonsiliasi kedua kubu usai pesta demokrasi lima tahunan ini. Ia hanya mengingatkan ada konsekuensi hukum jika kelompok tersebut melanggar aturan yang berlaku.

"Siapapun yang tidak patuh ya pasti akan berhadapan dengan hukum, kan begitu. Apalagi nanti melakukan hal-hal yang bersifat anarkis," ujarnya.

Sebelumnya, satu hari menjelang putusan sengketa Pilpres 2019 di MK, kelompok masyarakat menggelar aksi yang mengusung 'Halalbihalal dan Tahlilan 266', di Jalan Medan Merdeka Barat.

Sejak pagi, Massa Aksi Tahlil 266 sudah berkumpul di kawasan Patung Kuda, Jalan Medan Merdeka Barat. Turut hadir di tengah-tengah mereka mantan penasihat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Abdullah Hehamahua.


Pantauan CNNIndonesia.com, para peserta aksi berbusana khas muslim, seperti baju koko, kopiah, maupun jilbab. Mereka melantunkan selawat dan menyanyikan sebuah nyanyian yang liriknya meminta Rizieq Shihab dipulangkan.

Jalan Medan Merdeka Barat pub sudah ditutup. Belasan aparat kepolisian berjaga di sekitar kawasan Patung Kuda. Tepat di depan Kementerian Pertahanan yang tak jauh dari MK, aparat memasang separator beton.

Puluhan aparat juga berjaga ketat. Mobil water canon dan Barracuda juga diparkir melintang di jalan tersebut.

Persaudaraan Alumni (PA) 212 dan Front Pembela Islam (FPI) sudah merencanakan aksi sebagai bagian dari Tahlil Akbar 266. Sekretaris PA 212 Bernard Abdul Jabbar mengatakan acara itu diinisiasi tak hanya oleh pihaknya, tetapi juga oleh GNPF Ulama dan FPI serta Ormas Islam lainnya.

"Gabungan PA 212, GNPF Ulama, dan FPI dan ormas-ormas lain," ucap Bernard saat dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa (25/6).

(fra/ain)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER