Istana Ibaratkan Pertemuan Jokowi-Prabowo Obat Sosial

CNN Indonesia
Kamis, 04 Jul 2019 14:47 WIB
Pertemuan Jokowi dan Prabowo diibaratkan seperti obat untuk menurunkan tensi politik usai Pilpres 2019. Jokowi menyadari telah terjadi pembelahan di masyarkat.
Joko Widodo dan Prabowo Subianto. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pertemuan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan pesaingnya di Pilpres 2019, Prabowo Subianto disebut-disebut bakal dilakukan bulan ini. Istana menyebut pertemuan itu sebagai 'obat'

Deputi IV Bidang Komunikasi Politik dan Diseminasi Informasi Kantor Staf Presiden, Eko Sulistyo mengatakan Jokowi menyadari telah terjadi pembelahan di tengah masyarakat karena perbedaan pilihan politik saat Pilpres.

Menurutnya, selama masa kampanye muncul berbagai seruan kebencian berbau suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA). Untuk menghilangkan itu, kata Eko, Jokowi tengah membuka komunikasi politik dengan Partai Demokrat, PAN, maupun Gerindra.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Eko mengatakan rencana pertemuan dengan Prabowo merupakan bagian komunikasi politik yang ingin dilakukan Jokowi sebagai salah satu upaya rekonsiliasi ini. Jokowi sendiri sudah bertemu dengan Kogasma Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono dan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan.

"Perlu ada semacam, istilahnya, obat sosial untuk itu. Oleh karena itu, salah satu obatnya, memang harus ada rekonsiliasi di tingkatan elite politik," kata Eko saat berbincang dengan CNNIndonesia.com kemarin, Rabu (3/7).
Soal pertemuan Jokowi dengan Prabowo, Eko menyebut belum terjadi sampai hari karena faktor kesibukan masing-masing. Ia menyadari masyarakat menunggu Jokowi dan Prabowo bersua usai bertarung merebut kursi RI 1.

Menurutnya, masyarakat tentu masih ingat pertemuan Jokowi dengan Prabowo di arena pencak silat saat Asian Games 2018. Bahkan Jokowi dan Prabowo berpelukan ketika merayakan kemenangan atlet pencak silat Hanifan Yudani Kusumah.

Meskipun saat itu belum masuk dalam masa kampanye Pilpres 2019, bagi Eko, pertemuan mereka berdua menjadi sorotan masyarakat.

Eko yang sudah mengenal Jokowi sejak menjadi wali kota Solo itu menyebut pertemuan kali ini tentu bukan untuk sekedar berpelukan.

"Tapi ada permasalahan-permasalahan bangsa yang harus bisa dikerjakan secara bersama. Dan itu sesuai dengan ajakan Pak Jokowi untuk beliau terbuka untuk bekerja sama membangun bangsa ini," ujarnya.

Eko menyebut komunikasi politik yang dilakukan Jokowi kepada partai politik di luar pengusung, seperti Demokrat, PAN, dan juga Gerindra merupakan hal wajar ketika sudah ditetapkan sebagai pemenang bersama Ma'ruf Amin oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Bahkan, kata Eko, tak menutup kemungkinan baik Demokrat, PAN, serta Gerindra akan masuk dalam koalisi pendukung pemerintah lima tahun ke depan. Menurutnya, dalam politik tidak ada yang tidak mungkin.

"Politik ini, segala kemungkinan bisa terjadi," tutur manta Ketua KPUD Surakarta itu.

Menurut Eko, yang paling penting saat ini masyarakat menjadikan pengalaman pemilihan umum secara langsung setiap lima tahun sekali ini, baik itu pemilihan presiden, kepala daerah, maupun legislatif sebagai instrumen yang beradab untuk memilih pemimpinnya.
Istana Ibaratkan Pertemuan Jokowi-Prabowo Obat SosialDeputi IV Bidang Komunikasi Politik dan Diseminasi Informasi Kantor Staf Presiden, Eko Sulistyo. (CNN Indonesia/Feri Agus Setyawan)
Kemudian, kata Eko, pemerintahan Jokowi-Ma'ruf juga tak akan melupakan kritik-kritik yang disampaikan oleh masyarakat, termasuk Prabowo, kalau masukan tersebut baik untuk dilaksanakan.

"Jadi ini bukan sesuatu yang terus menerus sebagai suatu kontestasi politik. Karena apa? Bisa jadi yang kalah akan dirangkul dan sebagainya, itu hal biasa saja," katanya.

Eko menambahkan rekonsiliasi di tingkat elite tersebut diharapkan turut menjalar ke tengah masyarakat, terutama para pendukung Jokowi maupun Prabowo.
Menurutnya, pembelahan di akar rumput selama Pilpres ini akan lebih mudah dipulihkan ketika pare elite sudah bertemu.

Ia menyatakan tugas ini bukan dari pemerintah saja, tetapi juga partai politik, relawan, organisasi kemasyarakatan hingga tokoh masyarakat juga bisa mengambil peran dalam melakukan rekonsiliasi di tengah masyarakat yang terbelah ini.

"Kemudian menurunkan tensi di bawah, dan juga kemudian antarkomunitas, antarmasyarakat melakukan rekonsiliasi sosial. Nah ini lah yang kemudian saya sebut rekonsiliasi substantif tadi," katanya.

Koordinator Lapangan Tim Relawan Jokowi pada Pilpres 2014 lalu itu menyebut banyak instrumen yang bisa digunakan masyarakat untuk kembali bersatu.

Misalnya, kata Eko, masyarakat mengadakan kegiatan bersama lewat acara olahraga hingga kerja bakti di masing-masing kampung.
Ia menyadari di masing-masing kubu, baik Jokowi maupun Prabowo, memiliki pendukung garis keras. Eko mengakui sulit bagi para pendukung garis keras, yang fanatik terhadap jagoan untuk berangkulan.

Namun, hal itu bisa diatasai salah satunya dengan pertemuan antara para pemimpin politik.

"Kalau pemimpinnya kemudian bisa bertemu. Pengalaman itu pernah ada, pada saat Asian Games bisa bertemu. Artinya apa? Rekonsiliasi substantif di tingkat masyarakat ini juga harus terus dilakukan," tuturnya.
[Gambas:Video CNN] (fra/ugo)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER