Ratusan Personel Polda Sumsel Diterjunkan ke Mesuji

CNN Indonesia
Kamis, 18 Jul 2019 19:28 WIB
Sebanyak 130 personel bantuan dari Polda Sumsel dikirimkan untuk menjaga situasi pascabentrok warga di hutan Register 45 Mesuji, Lampung.
Ilustrasi polisi. (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
Jakarta, CNN Indonesia -- Polda Sumatera Selatan mengirimkan ratusan personel gabungan ke lokasi terjadinya bentrokan warga akibat konflik lahan garapan di wilayah hutan Register 45 Kabupaten Mesuji, Lampung, untuk meredam potensi bentrokan lanjutan.

Bentrokan di wilayah hutan tersebut melibatkan warga kelompok Mekar Jaya Abadi di Mesuji dengan kelompok Mesuji Raya dari Pematang Panggang, Ogan Komering Ilir (OKI), Sumsel, Rabu (17/7) siang.

Kabid Humas Polda Sumsel Kombes Supriadi mengatakan pengiriman bantuan petugas itu karena bentrok melibatkan warga Mesuji dan OKI.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kita terjunkan tim, mencegah konflik susulan dan menenangkan warga. Membujuk para keluarga korban untuk tidak melakukan aksi balas dendam atau aksi susulan. Anggota sudah diperintahkan untuk segera menemui para tokoh masyarakat, kepala desa, dan langsung ke masyarakat bila perlu," ujar Supriadi, Palembang, Kamis (18/7).
Ada 130 personel polisi yang diperbantukan. Supriadi merinci antara lain 33 personel Brimob Blitang, 15 personel Satuan Sabhara Polres OKI, 20 personel Polsek gabungan, 10 personel Intel, 22 personel Polsek Mesuji, 10 personel Reskrim Polres OKI, 10 personel Binmas, dan 10 personel koramil.

"Sampai siang ini kami pantau terus perkembangan di wilayah perbatasan tersebut. Saya dapat laporan update terus dari Kapolres OKI. Wilayah perbatasan berangsur kondusif. Anggota terus melakukan imbauan agar menahan emosi dengan tidak melakukan aksi lanjutan. Anggota akan siaga dan berjaga di lokasi hingga bisa dinyatakan sangat aman," katanya.

Di lokasi bentrokan, Wakil Gubernur Lampung Chusnunia Chalim mengatakan untuk menyelesaikan konflik yang terjadi pihaknya berkoordinasi dengan Pemprov Sumsel.

Chusnunia, yang karib disapa Nunik, mendatangi lokasi bentrok yang berada di wilayah hutan Register 45 Mesuji itu didampingi Danrem 043/ Gatam, Kolonel (Inf) Taufiq Hanafi, Dandin 0426/Tulangbawang, Letkol (Inf) Kohir, Kapolres Mesuji, AKBP Edi Purnomo, dan para pejabat lainnya.

Nunik mengatakan bentrok yang berawal dari konflik lahan di register 45 tersebut harus melibatkan sejumlah pihak lintas sektoral baik dari Provinsi Lampung maupun dari Provinsi Sumsel.

"Karena dalam kasus ini adanya berkaitan dengan warga Sumsel, maka kita juga akan berkoordinasi dengan Pemprov Sumsel secara khusus," ujarnya.

Selain itu juga, kata Nunik, pihaknya mengajak Pemkab Mesuji dan Pemrov Lampung untuk berkoordinasi mengenai biaya pengobatan terkait adanya korban luka akibat bentrok yang saat ini tengah menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit.

"Ada langkah jangka panjang dan pendek, Pemkab Mesuji berkoordinasi dengan Pemrov dan pihak lain bersama-sama memikirkan biaya korban luka yang masih dirawat di Rumah Sakit," paparnya.

Sementara hingga Kamis siang ini, ratusan personel gabungan dari kepolisian dan TNI masih terus bersiaga di lokasi kejadian untuk mencegah terjadinya bentrok susulan.


Hutan Lindung

Sementara itu, di Jakarta, Kabagpenum Divisi Humas Polri Kombes Pol Asep Adi Saputra mengatakan lokasi yang diperebutkan itu berada di kawasan hutan lindung. Lahan tersebut seharusnya tidak boleh digarap oleh masyarakat sipil.

"Kalau penyebab secara garis besar adalah kasus Mesuji ini akibat adanya sebuah benturan kelompok masyarakat karena melakukan sebuah upaya untuk mengelola tanah yang sebenarnya berada di hutan lindung dan itu tidak boleh," ujar Asep di Mabes Polri, Jakarta Selatan.

Menurut Asep, lahan yang berada di kawasan hutan lindung itu justru diklaim, padahal lahan tersebut tidak boleh digarap masyarakat.

"Sekali lagi ini adalah lokasi hutan lindung yang sebenarnya tidak boleh untuk dilakukan upaya-upaya pengolahan secara swadaya dari masyarakat atau kelompok kelompok tertentu," tegas Asep.

Bentrokan di Mesuji bukan kali pertama terjadi. Asep mengatakan sebagian besar bentrokan terjadi akibat pengolahan tanah antara warga berseberangan. Pasalnya kawasan yang berada di wilayah Lampung tersebut berada dengan perbatasan Sumsel.

"Ya berdasar riwayat konflik di sana itu benar sudah beberapa kali terjadi pada area itu dan yang menjadi latar belakang persoalan itu sama, persoalan bagaimana mengolah lahan di sana," tuturnya.


[Gambas:Video CNN] (idz/zas/gst/kid)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER