Jakarta, CNN Indonesia -- Ketua Umum Suluh Kebangsaan
Mahfud MD mengaku mendapat informasi bahwa penganut paham
radikal yang dikejar-kejar di luar negeri akan masuk ke Indonesia dengan membawa dana untuk mendirikan pesantren beraliran 'berbeda'.
"Ada info masuk; sekarang ini di luar negeri itu sudah banyak penganut islam radikal yang ditangkap tapi mereka mau lari ke sini (Indonesia). Bawa uang mau mendukung pesantren, mendirikan pondok pesantren yang (pemahamannya) berbeda," kata Mahfud di Gedung JS Luwansa, Rasuna Said, Jakarta Selatan, Jumat (16/8).
Saat ini pun, katanya, telah banyak ditemukan lembaga pendidikan yang diduga radikal di Yogyakarta dan Magelang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Di Yogya saya tahu ada, di Magelang. Enggak boleh menyanyikan lagi Indonesia Raya, mengibarkan merah putih. Itu tiba-tiba besar [pesantrennya]," ungkap dia.
Lebih lanjut, Mahfud menegaskan dirinya dan sejumlah tokoh yang tergabung dalam Suluh Kebangsaan menolak semua hal yang berkaitan dengan perubahan menuju ke arah radikal. Namun, itu bukan berarti pihaknya anti-perubahan.
"Perubahan radikal itu kita tolak. Apakah kita anti-perubahan? Tidak. Kita sadar perubahan itu harus dilakukan, tapi perubahan kita adalah perubahan gradual. Sistem sudah mantap diperbaiki, berdasar sistem negara kesatuan RI berdasarkan pancasila," tutur mantan Ketua Mahkamah Konstitusi ini.
Untuk menghalau wabah paham radikal ini, Mahfud dan beberapa tokoh pun mencoba membuat pemetaan sebelum menghadapinya.
"Hari ini kita kumpul apa yang sebenarnya terjadi, dimana petanya, apa yang akan kita lakukan menghadapi itu semua," kata dia.
[Gambas:Video CNN] (tst/arh)