Jakarta, CNN Indonesia -- Ketua Umum DPP Gerakan Nasional Rakyat Cinta NKRI Hendrik Yance Udam meminta Kapolri Jenderal
Tito Karnavian mengungkap
tindakan rasialis yang terjadi di Asrama Mahasiswa
Papua di Surabaya, akhir pekan lalu. Dugaan tindak rasialis itu berujung kerusuhan di Papua dan Papua Barat.
Hendrik menyampaikan pengusutan tuntas kasus rasisme itu bisa mengobati luka masyarakat Papua dan mendinginkan situasi saat ini.
"Kami meminta dengan hormat, hukum di negara kita ditegakkan, kami minta oknum-oknum itu ditangkap, segera ditangkap dan diproses sesuai dengan hukum yang berlaku di negara kita. Sehingga dapat mengobati luka masyarakat Papua yang terlukai, yang disebut sebagai monyet," kata Hendrik dalam jumpa pers di Hotel Grand Cempaka, Jakarta, Selasa (20/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hendrik berujar kasus rasisme itu tak hanya melukai masyarakat Papua, tapi juga seluru bangsa Indonesia. Sebab Papua bagian yang tak terpisahkan dari Indonesia.
Ia mengapresiasi langkah cepat Polri dalam menangani kasus ini. Namun ia meminta agar kepolisian bisa cepat mengungkap pelaku dan aktor di balik kejadian ini.
Hendrik juga mengapresiasi langkah Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa yang mendinginkan suasana dengan meminta maaf. Hendrik juga setuju kalau pelaku rasis itu bukan mewakili masyatakat Jawa Timur.
"Oknum-oknum ini tidak mewakili rakyat Jawa Timur, sekali lagi, oknum-oknum ini tidak mewakili rakyat Jawa Timur yang melakukan gerakan rasialis kepada orang Papua," tuturnya.
Hendrik menyatakan mendukung aksi unjuk rasa yang digelar masyarakat Papua untuk menentang rasisme. Ia meminta aksi-aksi itu dilakukan dengan damai.
"Saya mendukung demonstrasi damai, tapi saya tidak mendukung gerakan-gerakan anarkis di Papua. Papua adalah tanah damai, dan kita menjaga Papua sebagai surga kecil yang jatuh ke bumi," jelas dia.
Situasi di Papua sampai hari ini belum sepenuhnya kondusif. Demo masih terjadi di sejumlah titik di Sorong. Polisi bahkan sampai harus menembakkan gas air mata kepada para pedemo. Meski demikian massa tidak semarah seperti kemarin.
[Gambas:Video CNN] (dhf/wis)