Saksi Sebut Polisi Ikut Antre Cuci Muka Saat Kerusuhan 22 Mei

CNN Indonesia
Rabu, 04 Sep 2019 03:29 WIB
Saksi menyebut polisi ikut dalam barisan untuk mencuci muka untuk menghilangkan efek gas air mata saat kerusuhan 22 Mei di gedung Sarinah, Jakarta.
Sidang lanjutan kasus kerusuhan 21-22 Mei dengan agenda pemeriksaan saksi untuk terdakwa karyawan Sarinah di PN Jakarta Pusat. (CNN Indonesia/Ryan Hadi Suhendra)
Jakarta, CNN Indonesia -- Saksi menyebut polisi ikut dalam barisan untuk mencuci muka untuk menghilangkan efek gas air mata di gedung Sarinah, Jakarta, dalam kerusuhan 22 Mei.

Bimo Wiwoho, salah seorang wartawan media online yang ditunjuk sebagai saksi meringankan, menuturkan dirinya melihat polisi ikut ke dalam barisan sejumlah orang yang sedang antre untuk cuci muka. Bimo saat itu sedang meliput kerusuhan di sekitar Gedung Bawaslu sejak 22 Mei malam.

"Tidak jauh dari McD ada beberapa orang yang sedang antre air pakai selang. Ada keran, ada beberapa orang antre. Gas air mata belum semuanya hilang, bahkan polisi ikut cuci muka," kata Bimo saat memberikan kesaksian di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat, Selasa (3/9) sore.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Diketahui, PN Jakarta Pusat menggelar sidang lanjutan perkara kerusuhan 21-22 Mei 2019 dengan agenda pemeriksaan saksi untuk terdakwa 29 karyawan Sarinah, Selasa (3/9). Pihak penasihat hukum salah satu terdakwa, Sanusi, mengajukan satu saksi meringankan dan satu saksi ahli.

Sebelumnya, jaksa penuntut umum dalam dakwaannya menyebut bahwa ke-29 karyawan Sarinah, termasuk Sanusi, turut memberikan bantuan kepada massa aksi berupa air mineral untuk minum dan membiarkan massa aksi masuk ke basement Gedung Sarinah.

29 karyawan Sarinah didakwa membantu pendemo di kerusuhan 22 Mei dengan memberikan minum dan air cuci muka.29 karyawan Sarinah didakwa membantu pendemo di kerusuhan 22 Mei dengan memberikan minum dan air cuci muka. (CNN Indonesia/Anugerah Perkasa)
Selain itu, mereka dituding membiarkan massa mencuci muka dan membuka pintu ke luar sehingga massa aksi memiliki kekuatan lebih untuk kembali ikut dalam kerusuhan.

Kendati begitu, Bimo mengaku tidak mengetahui siapa yang menyediakan selang yang mengaliri air tersebut. Dia hanya berujar saat itu dirinya sedang meliput kerusakan Gedung McD sambil mewawancarai Sanusi.

Dalam proses wawancara, terang Bimo, Sanusi mengaku sebagai satpam Sarinah.

"Saya mengecek kerusakan di Mcd Sarinah, saat itu Pak Sanusi sedang ngecek juga. Saya tanya, 'ada yang dijarah atau tidak?' Pak Sanusi bilang, 'Alhamdulillah cuma dilempari pecah kacanya," tandas dia.

Bimo melanjutkan dirinya melihat puluhan orang digelandang ke Gedung Bawaslu dengan telanjang dada. Meskipun, aku dia, dirinya tidak melihat proses penangkapan puluhan orang tersebut.

"Saya enggak melihat proses mereka ditangkap. Saya hanya melihat puluhan orang digiring dari Sarinah ke Gedung Bawaslu; enggak pakai baju," tukas dia.

Pusat perbelanjaan Sarinah ikut rusak usai aksi 22 Mei di depan Bawaslu.Pusat perbelanjaan Sarinah ikut rusak usai aksi 22 Mei di depan Bawaslu. (CNN Indonesia/Hesti Rika)
Sebelumnya, Sanusi bersama 28 karyawan Sarinah lainnya didakwa telah membantu massa aksi dalam kerusuhan 21-22 Mei 2019. Mereka didakwa melanggar Pasal 212 jo 214 jo 56 KUHP tentang ikut membantu melakukan kejahatan dan Pasal 216 KUHP atau Pasal 218 KUHP tentang kekerasan.

Mereka terdiri dari 26 satpam, dua orang teknisi, dan satu orang cleaning service. Mereka ialah Ahmad Zulfikar, Alvin Nazarkhan, Endah Hardian, Andhi Febriantoro, Ridwan, M Ichrom, Samsul Anwar, Yusuf Gunawan, Hariyono, Tara Arbyansyah.

Kemudian Nurakhman, Agus Sarohman, Trio Prasetio, Hendri Basuki, Iwan Syachrie, Adi Sucipto, Deki Aries, Suyamto, Achmad Suhendar, Habib Musa, Achmad Sanusi, Supriyadi, Syahril, Mugiyanto, Felix Ganang, Handori, Ahmadi, Hermawan, dan Philip Sinaga.

(ryn/arh)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER