Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Dinas Perhubungan (
Dishub) DKI Jakarta Syafrin Liputo mengklaim tingkat polusi udara di ibu kota turun sejak penerapan kebijakan perluasan
ganjil genap pada Senin (9/9).
Syafrin menyinggung, pada beberapa hari terakhir ini, peringkat polusi udara Jakarta sempat turun sebelum yang biasanya selalu ada di peringkat terburuk atau terburuk kedua.
"Tapi kalau kita perhatikan dari rilisnya air visual itu ada penurunan yang signifikan dari polusi udara. Dari hari pertama bahkan saat ini," kata Syafrin di Balai Kota Jakarta, Kamis (12/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya, pada Selasa (10/9) lalu situs Air Visual juga menunjukkan kualitas udara Jakarta sebagai yang terburuk di dunia.
Pada pukul 07.47 WIB, Jakarta mendapat skor US Air Quality Index (AQI US) 153 alias masuk kategori tak sehat. Sejumlah lokasi di Jakarta saat itu yang memiliki konsentrasi polusi tertinggi antara lain kawasan AHP-Capital Place, Jl Gatot Subroto (skor 178); Pejaten Barat (175), Rawamangun (164); Kedubes AS di Jakarta Selatan (163); dan Mangga Dua Selatan (153).
Jalan Gatot Subroto merupakan ruas jalan yang masuk wilayah perluasan ganjil genap. Menanggapi hal itu Syafrin mengatakan kini kawasan yang diberlakukan perluasan gage justru memiliki tingkat polusi yang lebih rendah.
"Di pusat ini kan yang kita batasin (diberlakukan kebijakan gage), 144 (US AQI), di luar itu dia lebih tinggi. Itu artinya memang untuk kawasan pembatasan ini cukup efektif untuk menurunkan polusi secara kawasan," jelasnya.
Syafrin kemudian mengatakan saat ini Dinas Lingkungan Hidup masih dalam tahap melakukan pengukuran.
"Kita harapkan dalam satu minggu ini mereka (Dinas Lingkungan Hidup) sudah ada data,"ujarnya.
Dari pantauan
CNNIndonesia.com, pada pukul 13.39 WIB Jakarta masih menjadi ibu kota dengan polusi udara tertinggi dunia menurut Air Visual. Indeks polusi udaranya 164 US AQI dengan kategori tidak sehat.
[Gambas:Video CNN] (ain/ani/ain)