Gubernur DKI Jakarta
Anies Baswedan menilai wajar kerugian dalam hal penyelenggaraan
Formula E rugi di tahun-tahun awalnya. Ia menyebut Jakarta masuk sebagai penyelenggara setelah gelaran itu balik modal alias Break Event Point (BEP).
Hal ini dikatakannya saat merespons pemberitaan media asing soal kerugian dalam penyelenggaraan Formula E di negara lain.
"Jakarta itu masuknya di waktu yang tepat. Kalau Jakarta masuk [sebagai penyelenggara Formula E] yang dulu-dulu, Jakarta ikut dalam rombongan yang belum BEP. Kita masuk sesudah mereka BEP," kata Anies di Gedung DPRD DKI Jakarta, Kamis (19/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Diakui Anies, umur penyelenggaraan yang masih muda menyebabkan Formula E tidak untung di tahun pertama penyelenggaraan. Setidaknya, kata dia, Formula E merugi di empat tahun pertama dari enam tahun penyelenggarannya.
Namun beberapa waktu terakhir Formula E disebut mulai meraup pendapatan bagi negara penyelenggara.
"Jadi memang mereka menjelaskan bahwa ini sebagai sesuatu yang mereka kerjakan baru. Sekarang masuk ke sesi keenam. Nah, sebagai sebuah kegiatan baru, emang di [tahun] 1 sampai 4 mereka mengalami yang mereka sebut tidak untung. Sesudah itu mereka mulai untung," ujar dia.
"Itu fase pertumbuhan. Sama seperti usaha. Kalau di tahun pertama Anda pasti merasakan belum masuk
break even point. Nah sekarang sudah masuk BEP. Karena sudah masuk BEP, maka sponsor dan lain-lain sudah lengkap," ujar dia.
Dengan perhelatan acara ini, Anies menargetkan perputaran uang DKI yang bergerak sekitar Rp1,2 triliun. Angka ini disebut Anies belum termasuk keuntungan yang tak dapat dihitung lainnya.
Sementara itu, jumlah anggaran yang sudah diusulkan untuk perhelatan Formula E ialah sekitar Rp1,3 triliun. Angka ini terdiri sekitar Rp360 miliar untuk pembayaran komitmen fee dan angka sekitar Rp934 miliar untuk biaya penyelenggaraan.
[Gambas:Video CNN]