Surabaya, CNN Indonesia -- Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (
PWNU) Jawa Timur Marzuki Mustamar menyebut
aksi mahasiswa yang marak di sejumlah wilayah rawan ditunggangi oleh kepentingan asing. Pasalnya, ada yel-yel dan teriakan 'revolusi' yang dilontarkan oleh mahasiswa.
Diketahui, setidaknya dalam 2 hari terakhir mahasiswa di berbagai daerah melakukan aksi unjuk rasa menolak penetapan revisi UU Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), revisi KUHP, RUU Pertanahan dan sejumlah RUU bermasalah lainnya.
"Awalnya mereka menolak RUU, tapi membabi buta, sampai akhirnya yel-yelnya 'revolusi, revolusi, revolusi'. Kan itu kelihatan banget ditunggangi," kata dia, di Kantor PWNU Jatim, Surabaya, Selasa (24/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Marzuki khawatir isu dalam aksi ini telah dimanfaatkan oleh pihak asing atau kelompok-kelompok tertentu. Untuk itu ia pun berpesan agar mahasiswa tak terlena dan sadar bahwa selain memerangi korupsi dan penegakan keadilan hukum, isu melawan radikalisme tak kalah penting.
Ia bahkan curiga asing berhasil menyusup ke ideologi mahasiswa dan nantinya akan mengancam stabilitas serta kedaulatan negara.
Foto:CNNIndonesia/BasithSubastian _
 Mahasiswa berdemo di gedung DPR, dan juga gedung-gedung DPRD di sejumlah wilayah, karena menolak perundangan yang diskriminatif dan melamahkan pemberantasan korupsi. ( NTARA FOTO/Muhammad Adimaja) |
"Penegakan hukum harus, memerangi korupsi harus. Tapi awas, kadang-kadang istilah kayak begitu, karena begitu populer di tengah masyarakat, masyarakat pada mengelu-elukan perang korupsi, macam-macam kadang-kadang ditumpangi oleh kepentingan asing, ditumpangi dengan ideologi tertentu," klaimnya.
"Kita tidak tahu ideologi tertentu menyelinap dan itu merusak bangsa dan mengancam kedaulatan negara. Supaya ideologi itu laku, menumpang di isu-isu baru, anti korupsi dan seterusnya. Bagi kami (NU) anti korupsi yes, tapi anti radikalisme juga yes," tambahnya.
Ia pun meminta mahasiswa untuk sadar, dan menolak bila aksinya dibiayai oleh pihak asing ataupun oleh orang Indonesia sendiri yang terindikasi terlibat dalam jaringan asing.
"Jangan sampai untuk itu kita harus disetir asing, didanai asing, atau oleh orang dalam negeri tapi sejatinya itu jaringan asing, kita enggak mau seperti itu," kata dia.
NU sendiri, ujar Marzuki, telah memerangi korupsi dengan mengedepankan semangat kebanggaan dan nasionalisme, bukan dengan cara politis.
"Kalau tentang [pemberantasan] korupsi, ayo NU juga di situ. Tapi jangan sampai ada penumpang gelap di situ, ujung-ujungnya terkait Pilpres kemarin dan seterusnya," pungkas pengasuh Ponpes Sabilur Rosyad Malang ini.
 Foto: CNNIndonesia/Basith Subastian |
Sebelumnya, Managing Director Paramadina Public Policy Institute (PPPI) Ahmad Khairul Umam menilai gerakan mahasiswa penolak perundangan kontroversial itu sebagai langkah yang masih autentik.
Hal ini, kata dia, bisa dilihat dari tuntutan mahasiswa yang masih dalam jalur mengkritisi dewan soal RUU kontroversial.
"Demo yang dilakukan ini dimotori kekuatan yang cukup steril. Teman-teman di Gejayan itu mereka punya cara pandang lebih
genuine dalam merespon," kata Khairul, merujuk pada gerakan mahasiswa #GejayanMemanggil, Yogyakarta, kepada
CNNIndonesia.com, Selasa (24/9).
Kendati begitu, Khairul mengatakan ada peluang kepentingan politik bisa menunggangi demo mahasiswa ini.
(frd/arh)