Palembang, CNN Indonesia -- Ribuan
massa yang mengatasnamakan Aliansi Sumsel Melawan kembali turun ke jalan menggelar
aksi menyalakan lilin di Bundaran Air Mancur, tepat di pangkal Jembatan Ampera, Jalan Jenderal Sudirman, Palembang, Selasa (1/10).
Aksi tersebut dilakukan untuk menyampaikan bela sungkawa serta solidaritas bagi 2 mahasiswa yang tewas saat unjuk rasa di Kendari, Sulawesi Tenggara, beberapa waktu lalu.
Pantauan
CNNIndonesia.com, massa yang sebagian besar mengenakan kaos berwarna hitam dilengkapi jas almamater sejumlah kampus di Palembang mulai berdatangan ke titik aksi di Bundaran Air Mancur, tepatnya di pangkal Ilir Jembatan Ampera Jalan Jenderal Sudirman, Palembang sekitar pukul 16.00 WIB.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Orasi dilakukan hingga waktu menjelang magrib. Massa aksi belum membubarkan diri hingga malam hari. Pada pukul 19.30 WIB, para mahasiswa pun kemudian membentuk lingkaran dan duduk di tengah jalan sambil membacakan Surat Yasin untuk mendoakan Himawan Randi dan Muhammad Yusuf Kardawi, mahasiswa Universitas Halu Oleo yang tewas terkena peluru tajam saat menggelar aksi di Kendari.
Masa aksi menyalakan lilin, sebagiannya dipegang dan lainnya membentuk huruf SOS di tanah. Massa kemudian mengheningkan cipta serta melantunkan beberapa lagu solidaritas. Aksi berlangsung hingga pukul 21.00 WIB.
 Mahasiswa Kendari, Sulawesi Tenggara, berunjuk rasa di depan kantor DPRD memprotes RKUHP dan perundangan kontroversial lainnya, Kamis (26/9). Dalam aksi itu, dua mahasiswa meninggal. ( ANTARA FOTO/Jojon) |
Aparat pun sempat membagikan air mineral kepada para mahasiswa saat menggelar aksi. Polresta Palembang menerjunkan ribuan aparat untuk mengamankan aksi yang sebagian besar merupakan mahasiswa tersebut.
Koordinator Aliansi Sumsel Melawan Radian Ramadani mengatakan aksi menyalakan lilin merupakan bentuk ungkapan duka sekaligus sinyal darurat atas kondisi Indonesia saat ini. Kekerasan yang terjadi saat unjuk rasa di berbagai daerah banyak terjadi bahkan jatuh korban jiwa.
"Kami sangat menyesali kekerasan terhadap mahasiswa banyak terjadi di daerah lain. Polisi bilang mereka punya anak dan istri yang menunggu di rumah. Kami juga ada keluarga yang menunggu. Kita sama-sama manusia, punya keluarga," ujar dia.
Radian mengklaim terdapat 62 mahasiswa yang dilarikan ke rumah sakit usai aksi tuntutan yang sama terjadi pada 24 September lalu. Para korban tersebut mengalami kekerasan dan luka-luka.
"Ke depan kami berharap tidak ada lagi korban. Karena hal itu tentu mencederai sistem demokrasi yang ada," kata Radian.
Sementara itu, Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Palembang Eko Hendiyono mengatakan 13 kader mereka mengalami kekerasan dalam aksi 24 September.
 Foto: CNNIndonesia/Basith Subastian |
"Kader HMI disiksa secara membabi buta oleh seseorang yang menggunakan pakaian preman. Video penyiksaan itu menyebar di medsos. Kami mengecam aksi tersebut," kata Eko.
HMI cabang Palembang pun telah membuat laporan di Polda Sumsel untuk mengusut siapa pelaku penganiayaan terhadap kader mereka.
Sebelumnya, Dua mahasiswa Universitas Halu Oleo, Sulawesi Tenggara, Himawan Randi dan Yusuf Kardawi, meninggal dunia saat ikut dalam unjuk rasa di depan Kantor DPRD Sulawesi Tenggara pada Kamis lalu (26/9).
(idz/arh)