Moeldoko Sebut Aktivitas Buzzer Saat Ini Rugikan Jokowi

CNN Indonesia
Jumat, 04 Okt 2019 14:45 WIB
Moeldoko mengaku tak bisa mengendalikan para buzzer pendukung Jokowi. Mereka disebut tak punya rantai komando, bergerak sendiri-sendiri.
Kepala Staf Presiden Moeldoko mengimbau pendengung Presiden Jokowi di media sosial untuk lebih positif dalam mengeluarkan suaranya. (CNN Indonesia/Feri Agus Setyawan)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengatakan aktivitas para buzzer atau pendengung pendukung Presiden Joko Widodo saat ini justru merugikan presiden terpilih periode 2019-2024 itu. Ia mengimbau para pendukung Jokowi tersebut menyebarkan informasi yang positif di media sosial.

"Ya kita melihat dari emosi yang terbangun, emosi yang terbangun dari kondisi yang tercipta itu merugikan. Jadi ya yang perlu dibangun emosi positif lah," kata Moeldoko di Jakarta, Jumat (4/9).

Moeldoko merespons tentang aktivitas para pendukung Jokowi beberapa hari belakangan ini. Dua kasus dia soroti yakni terkait penyebaran informasi ambulans DKI Jakarta yang disebut membawa batu dan bensin saat aksi massa di sekitar Gedung MPR/DPR.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lalu kasus tangkapan layar grup WhatsApp pelajar STM, yang ternyata nomor telepon di grup itu diduga milik anggota Polri.

Kedua informasi itu dianggap sejumlah pihak menyesatkan alias hoaks.

Berdasarkan analisa DroneEmprit terkait mobil ambulans DKI Jakarta membawa batu dan bensin, diketahui bahwa pihak pertama yang menyebarkan informasi itu adalah akun-akun yang dikenal kerap 'membela' Jokowi ataupun pemerintah.

Mereka antara lain, @OneMurthada, @Paltiwest, @digeeembok, @Dennysiregar7, dan akhirnya juga diunggah oleh akun @TMCPoldaMetro. Setelah ramai 'dilawan', akhirnya Polda Metro mengakui keliru menyebut ambulans DKI bawa batu dan bensin.

Sementara itu, sejumlah akun yang mengunggah tangkapan layar grup WhatsApp anak STM antara lain, @TheREAL_Abi, dan @OneMurtadha. Namun akun-akun tersebut sudah menghapus unggahannya setelah para pengguna Twitter lainnya mengkritisi isi tangkap layar itu.

Moeldoko menyatakan kehadiran buzzer awalnya untuk memperjuangkan dan menjaga marwah pemimpinnya. Namun, bagi Moeldoko, dalam kondisi Pemilu sudah selesai, buzzer sudah tak diperlukan lagi.

Mantan panglima TNI itu menyebut yang diperlukan saat ini adalah dukungan politik yang lebih membangun, bukan dukungan yang malah bersifat destruktif.

"Karena kalau buzzer-buzzer ini selalu melemparkan kata-kata yang tidak enak didengar, tidak enak di hati. Nah itu lah destruktif dan itu sudah enggak perlu lah. Untuk apa itu?" tuturnya.

Moeldoko berharap para buzzer menurunkan semangat yang berlebihan dalam mendukung seorang tokoh idolanya, dalam hal ini Jokowi. Ia juga tak ingin buzzer yang mendukung Jokowi ini justru menyebarkan kebencian.

Pensiunan jenderal bintang empat itu juga telah mengimbau para buzzer untuk menggunakan bahasa yang nyaman dan tak menyakiti pihak lain. Ia mengaku sudah menyampaikan langsung kepada influencer, tokoh-tokoh relawan dan tokoh-tokoh yang lainnya.

[Gambas:Video CNN]
Di sisi lain, Moeldoko mengatakan bahwa pihaknya tak bisa menertibkan para buzzer tersebut. Menurutnya, para buzzer itu tak memiliki komando dan bergerak dengan cara masing-masing.

"Saya pikir itu ya karena memang secara administrasi juga kita tidak membuat itu. Kita tidak membuat struktur sama sekali, enggak ada. Tapi itu berkembang masing-masing," katanya. (fra/wis)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER