Aparat Disebut Minta Warga Pria Tak Mengungsi dari Wamena

Antara | CNN Indonesia
Rabu, 09 Okt 2019 09:55 WIB
Pengungsi di Timika menyebut aparat meminta kaum laki-laki untuk tetap tinggal di Wamena namun mengizinkan kaum perempuan untuk mengungsi.
Ilustrasi pengungsi Wamena. (CNN Indonesia/Bisma Septalisma)
Jakarta, CNN Indonesia -- Paula Foza Hukunala, salah seorang pengungsi di Timika, Papua, menyebut aparat meminta kaum laki-laki untuk tetap tinggal di Wamena meski mengizinkan kaum perempuan untuk mengungsi. Belum ada tanggapan dari TNI dan Polri tentang pernyataan warga soal permintaan kaum laki-laki diminta tak mengungsi ini.

"Suami saya masih di Wamena, mereka tidak bisa turun ke Timika karena aparat minta supaya laki-laki tetap tinggal di Wamena, perempuan saja yang diizinkan keluar dari Wamena," ujarnya, di Timika, Papua, Rabu (9/10) dikutip dari Antara.
Kini, Paula bersama seorang putrinya yang masih kecil dan 14 orang pengungsi asal Kepulauan Kei, Maluku Tenggara, masih menantikan jadwal kapal yang akan mengangkut mereka dari Pelabuhan Pomako Timika menuju Tual.

Ia pun mengaku masih trauma dengan kerusuhan yang terjadi di Wamena pada Senin (23/9) itu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau ingat kejadian itu, saya tidak mau kembali lagi ke Wamena. Kami keluar dari rumah hanya dengan pakaian di badan saja. Anak saya yang paling kecil sampai kencing di celana," kata Paula yang mengaku tinggal di Jalan Bhayangkara, Wamena itu.

Kerusuhan di Wamena, September, diduga dipicu oleh warga yang bukan berasal dari Wamena.Kerusuhan di Wamena, September, diduga dipicu oleh warga yang bukan berasal dari Wamena. (AP Photo)
Paula mengaku baru bisa mengganti pakaiannya saat tiba di posko pengungsian di Jayapura.

Senada, pengungsi lainnya, Ani Safsafubun, mengaku enggan kembali ke Wamena. Seluruh aset miliknya pun sudah terbakar habis dalam kerusuhan itu.

"Ruko saya semuanya habis. Sekarang kami mau pulang ke Tual (Maluku Tenggara). Kami tidak mau kembali ke Wamena karena trauma dengan kejadian itu," kata dia.

Ani bersama suaminya, Chandra Letsoin, bekerja sebagai guru honorer di salah satu sekolah dasar di Kabupaten Yahukimo. Mereka juga membangun usaha di Wamena.

Saat pecah kerusuhan pada Senin (23/9), dirinya sedang berada di rumah kerabatnya yang terletak di belakang Kantor Bupati Jayawijaya. Rumah kerabatnya itu berdekatan dengan Lembaga Pendidikan Yapis Wamena.

Ia pun menyebut perusuh, yang diduga bukan warga asli Wamena (penduduk asli Wamena biasa disebut orang Lembah Baliem), memaksa para siswa ikut berdemo.

Pangdam Cendrawasih Mayjen TNI Herman Asaribab (kanan) memfokuskan pemulihan kehidupan sosial di Wamena.Pangdam Cendrawasih Mayjen TNI Herman Asaribab (kanan) memfokuskan pemulihan kehidupan sosial di Wamena. (ANTARA FOTO/Jessica Helena Wuysang)
"Tiba-tiba datang sekelompok pelajar dari luar ke SMA Yapis memaksa siswa di sekolah itu untuk ikut demo. Para siswa ketakutan, ada yang melompat dari lantai dua. Melihat situasi itu, saya memutuskan pulang ke rumah di Pasar Misi," tuturnya.

Menurut dia, kerusuhan disertai aksi bakar-bakaran kantor pemerintah, swasta maupun rumah-rumah warga terjadi secara bersamaan.

Kompleks perumahan guru-guru bahkan gedung sekolah SMP Katolik Santo Thomas Wamena yang berada di dekat Pasar Misi juga ikut menjadi sasaran amuk perusuh.

Ani bersama keluarganya dan tetangga sekitar memutuskan mengungsi ke Kantor Dekenat Wamena. Beberapa saat setelah itu, massa perusuh membakar ludes Pasar Misi Wamena setelah terlebih dahulu membakar Kantor Bupati Jayawijaya dan fasilitas umum lainnya.

Massa perusuh sempat masuk ke Kantor Dekenat Wamena dengan menjebol pagar depan yang dikunci rapat, sebagian memanjat pagar tembok dari arah belakang.

Melihat itu, ibu-ibu yang mengungsi ke Kantor Dekenat Wamena meminta Pastor Dekan untuk mengenakan jubah pastor agar para perusuh tidak melakukan aksi anarkis di tempat itu.

[Gambas:Video CNN]
Tak lama kemudian aparat TNI dan Polri tiba di Kantor Dekenat Wamena lalu mengevakuasi warga tersebut ke Markas Kodim Jayawijaya.

Terpisah, Panglima Kodam XVII/Cenderawasih Mayjen TNI Herman Asaribab menegaskan pihaknya fokus untuk memulihkan situasi di Wamena agar aktivitas ekonomi, pendidikan, kesehatan, pemerintahan dan lainnya bisa berjalan normal kembali.

"Sekarang tidak ada lagi eksodus pengungsi dari Wamena. Yang ada, bagaimana kita secepatnya memulihkan situasi di Kota Wamena agar semua sektor bisa kembali bergerak," kata diia, saat menemui pengungsi Wamena dan Ilaga di Gedung Tongkonan milik Ikatan Keluarga Toraja/IKT Mimika, Selasa (8/10). (arh)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER