Jakarta, CNN Indonesia -- Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (
Komnas HAM) menyatakan bakal menginvestigasi kasus meninggalnya
Akbar Alamsyah, korban yang mengikuti demonstrasi pada 25 September 2019. Komisioner Komnas HAM Hairansyah mengatakan kasus ini menjadi bagian dari bahan penyelidikan tim pemantau.
Usai rangkaian aksi 23-30 September lalu, Komnas HAM membentuk tim khusus untuk memantau ada tidaknya dugaan pelanggaran HAM dalam penanganan unjuk rasa di berbagai daerah.
"Ini [kematian Akbar Alamsyah] salah satu yang akan menjadi penyelidikan bagi kami, untuk memastikan kebenaran informasi-informasi yang ada. Apakah itu dari keluarga, atau dari kepolisian, akan kami kroscek semua untuk mendapat kejelasan yang sebenarnya terjadi seperti apa," kata Hairansyah ditemui di Kantor Komnas HAM, Jakarta, Jumat (11/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hairansyah yang diberi mandat sebagai ketua tim pemantau mengungkapkan anggotanya kini tengah mengumpulkan data dan fakta di Kendari dan Makassar.
"Sekarang tim beranjak ke Makassar, Senin nanti Jakarta," kata dia.
Terdapat dua korban meninggal saat unjuk rasa di Kendari, Sulawesi Tenggara. Kedua korban merupakan mahasiswa dari Universitas Halu Oleo yakni Immawan Randi dan Yusuf Kardawi.
Randi meninggal dengan luka tembak di dada, sementara Yusuf mendapati luka serius di bagian kepala.
Terkait meninggalnya Akbar Alamsyah, menurut Hairansyah, tim pemantau juga akan meminta keterangan para saksi termasuk keluarga korban. Ia mengatakan keterangan dari pelbagai pihak termasuk kepolisian akan dibandingkan dengan fakta lain yang ditemukan.
Berbagai bahan itu akan dianalisis hingga mendapatkan kesimpulan mengenai ada tidaknya dugaan pelanggaran HAM.
"Dua versi informasi itu yang harus dikembangkan, baik informasi dari kepolisian ataupun keterangan keluarga, ini bagian dari yang akan kami investigasi untuk memastikan kebenarannya," jelas Hairansyah.
Selain melacak potensi pelanggaran HAM dalam penanganan aksi, investigasi tim pemantau juga berupaya menelusuri penyebab kematian korban. Namun yang jelas, Komnas HAM mengkritik tindakan represif polisi saat menghadapi aksi massa.
"Karena salah satu eksesnya itu kan ada upaya represi terhadap peserta aksi, sehingga membubarkan diri secara paksa--tidak secara damai. Nah, dalam kondisi itu orang berpotensi berada di posisi yang tidak aman bagi dirinya, termasuk bisa jatuh dan lain sebagainya. Tapi kan itu ekses saja, dan ini yang sedang kami pastikan komposisinya," katanya.
Akbar Alamsyah meninggal pada Kamis (10/10) setelah beberapa hari mengalami kritis. Keluarga mengetahui Akbar meninggal karena ada saraf yang rusak, berdasarkan penjelasan dokter.
Ibu Akbar Alamsyah, Rosminah (kiri) menangis saat prosesi pemakaman anaknya di TPU kawasan Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta, Jumat (11/10/2019). (ANTARA FOTO/Galih Pradipta) |
Sementara polisi menyebut Akbar diduga terjatuh dari pagar. Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Polri Kombes Asep Adi Saputra menyebut luka di tubuh pria usia 19 itu bukan karena kekerasan polisi.
Namun pihak keluarga menduga Akbar menghembuskan nafas terakhir bukan karena terjatuh dari pagar.
KontraS Dukung InvestigasiKoordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) Yati Andriyani mengatakan pembentukan tim independen diperlukan untuk menyelidiki kasus-kasus kekerasan yang terjadi pada demo kemarin. Salah satunya kematian Akbar Alamsyah.
Tim independen itu untuk mengukur apakah penanganan polisi sudah sesuai dengan prosedur atau ada pelanggaran oleh kepolisian.
"Itu semua harus diungkap harus diuji, karena itu penting memang ada tim independen untuk melakukan pengungkapan," kata Yati setelah mengunjungi rumah duka Akbar, Kebayoran Lama, Jumat (11/10).
Yati mendukung pembentukan tim ini agar fakta tidak simpang siur. Apalagi, dalam kasus Akbar kejelasan fakta di lapangan masih belum terungkap.
"Saya sejak awal mendukung ada semacam tim independen yang bisa melakukan pengungkapan atau pengumpulan fakta terhadap penanganan aksi yang terjadi beberapa waktu lalu," ujar Yati.
Menurut Yati kejadian ini adalah peringatan bagi kita semua agar tidak ada korban yang jatuh karena aksi demonstrasi.
"Ini adalah alarm buat kita semua untuk memastikan ke depan seluruh institusi negara, aparat negara termasuk kepolisian agar betul-betul memperhatikan pengamanan aksi," tutur Yati.
Yati mengatakan pihaknya turut berbela sungkawa dan tidak menutup kemungkinan akan memberikan bantuan hukum kepada keluarga Akbar jika diperlukan.
"Ingin banget (dapat bantuan hukum). Kami cuma ingin tahu orangnya [yang bertanggung jawab] siapa. Kami cuma ingin tahu dia ngapain adik saya. Kalau ke depan dijadiin (diproses) hukum, kita enggak tahu sih," kata Iriawan, salah satu anggota keluarga korban.
[Gambas:Video CNN] (mjo/ika/pmg)