Kendari, CNN Indonesia -- Keluarga
mahasiswa korban penembakan di
Kendari, Sulawesi Tenggara, ikut berunjuk rasa bersama mahasiswa di depan Polda Sultra, Selasa (22/10).
Ratusan mahasiswa dari berbagai kampus di Sulawesi Tenggara mendatangi Polda Sultra sekira pukul 11.00 WITA. Sembari membakar ban bekas, mereka juga menggelar teatrikal di depan kawat duri dengan penjagaan ketat aparat Polri dan TNI.
Aksi itu bertujuan untuk mempertanyakan perkembangan pengusutan kasus meninggalnya Randi dan Yusuf saat bentrokan di depan gedung DPRD Sultra, 26 September 2019 lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Paman dari mendiang mahasiswa Universitas Halu Oleo Muhammad Yusuf Kardawi, Samsuddin, yang berorasi dalam aksi itu, mengaku sengaja datang ke demo di Polda Sultra karena menganggap proses pengusutan kasus penembakan dua mahasiswa tak kunjung terungkap.
"Kami datang meminta keadilan bapak-bapak. Kami ikhlas dengan meninggalnya Yusuf, tapi sebagai keluarga kami tidak ikhlas almarhum meninggal karena tembakan," katanya dalam orasinya.
 Anggota polisi (tengah) dievakuasi dari amukan pedemo. ( CNN Indonesia/ Fandi) |
Sementara, kata dia, belum ada oknum aparat yang statusnya jadi tersangka penembakan.
"Sudah 25 hari Yusuf dan [Himawan] Randi meninggal dunia. Namun, sampai saat ini [aparat] baru memeriksa enam polisi. Itu pun statusnya masih terperiksa," cetusnya.
"Hingga saat ini belum ada kejelasan. Kami keluarga menuntut polisi secepatnya mengusut kasus ini. Bagaimana jika anak polisi diperlakukan seperti itu?" imbuh dia.
Di tempat yang sama, koordinator lapangan aksi demo Rahman Manangkiri menduga kepolisian ini sengaja untuk memperlambat proses pengungkapan kasus meninggalnya Randi dan Yusuf.
Polisi, kata dia, masih berkutat pada uji balistik selongsong, proyektil, dan senjata yang diduga digunakan menembak mahasiswa. Selain itu, polisi baru melakukan proses sidang disiplin terhadap enam orang terperiksa.
"Ini sudah 25 hari, prosesnya baru sidang disiplin dan rencana uji balistik," katanya.
[Gambas:Video CNN]Demonstrasi yang berawal damai ini kemudian ricuh setelah salah satu anggota polisi yang berada di tengah barisan massa diduga kena pukul.
Polisi yang diketahui dari Resmob Polda Sultra ini jadi bulan-bulanan massa yang emosi. Ia dipukul hingga wajahnya berlumuran darah.
Beruntung, anggota polisi ini berhasil dievakuasi oleh sejumlah anggota TNI yang turut berjaga di lokasi demonstrasi.
Namun, salah seorang anggota TNI yang mencoba melerai juga kena pukul hingga mengalami luka di wajah.
Sebelumnya, Randi dan Yusuf meninggal dunia usai terlibat bentrokan dengan polisi pada demo berdarah di depan DPRD Sultra 26 September 2019.
Randi diketahui tertembak di dada kiri bawah ketiak dan tembus di dada kanan. Sementara, Yusuf meninggal dengan kondisi kepala retak. Berdasarkan investigasi Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (KontraS), Yusuf kena tembak di kepala.
(pnd/arh)