Jakarta, CNN Indonesia -- Organisasi berbasis komunitas yang mengampanyekan anti-kekerasan dan
pelecehan seksual, Samahita menanggapi wacana Gubernur Jawa Barat
Ridwan Kamil agar pasangan suami istri yang hendak bercerai mesti memberi
100 pohon.Koordinator Divisi Program Samahita, An Nisa Yovani tak mempermasalahkan usulan pria yang akrab disapa Emil itu. Namun demikian dia meminta syarat tersebut jangan sampai memberatkan pasangan.
"Kalau misalnya mereka dari ekonomi lemah, mau cerai, kudu nyumbang pohon, malah jadi beban tambahan kan?" ujarnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Yona, angka perceraian tinggi bisa terjadi akibat berbagai alasan. Dalam beberapa kasus khusus, ada perceraian yang disebabkan pernikahan dini dan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
"Rencana aturan menyumbang itu jangan sesederhana itu. Perspektifnya harus lebih ramah terhadap kondisi masyarakat. Kondisi ekonomi masyarakat itu berbeda-beda, belum lagi alasan perceraian juga kan macam-macam," ujarnya.
Sebelumnya, Ridwan Kamil mengatakan akan mencanangkan penanaman 25 juta pohon pada 2020 mendatang. Penghijauan itu dilakukan di kawasan lahan kritis di Jabar termasuk Kawasan Bandung Utara (KBU) yang hutan atau perbukitannya gundul.
Namun mengingat anggaran yang terbatas, pria yang akrab disapa Emil itu pun mengajak masyarakat swadaya dalam pengadaan bibit pohon. Ide tersebut bakal dituangkan ke dalam surat edaran gubernur. Warga Jawa Barat yang akan menikah, bercerai hingga akan lulus jenjang pendidikan SD, SMP sampai SMA diharuskan menyumbangkan 10 hingga 100 pohon per orang.
Sementara itu Ketua Forum Aksi Guru Indonesia (FAGI) Iwan Hermawan mengingatkan agar program menanam 25 juta pohon di lahan kritis jangan sampai membebani siswa dan orang tuanya.
"FAGI memberikan apresiasi kepada gubernur soal adanya gagasan tersebut. Namun berharap akan tidak memberatkan siswa dan dimanfaatkan mengambil keuntungan dengan adanya program ini," kata Iwan.
[Gambas:Video CNN]Dikatakan Iwan, FAGI sudah lebih dulu menggagas upaya penghijauan dengan meningkatkan wawasan kesadaran terhadap lingkungan. Caranya, satu siswa menanam satu pohon. Kala itu, kegiatan pelibatan siswa dalam penghijauan digagas Pak Mashudi.
Dia mengusulkan siswa melaksanakan kegiatan penghijauan mulai dari pembibitan, pemeliharaan sampai penanaman. Kemudian pohonnya disesuaikan dengan ciri khas daerah.
"Jika satu siswa Kota Bandung mengumpulkan biji mangga, maka Kota Bandung akan menjadi penghasil mangga. Demikian juga kota/kabupaten lain. FAGI juga usul bukan hanya yang lulus tapi juga saat penerimaan siswa baru," ujarnya.
(hyg/ain)