LIPUTAN KHUSUS

Antara Gus Dur, Riyanto Banser, dan Bom Natal Mojokerto

Farid | CNN Indonesia
Jumat, 27 Des 2019 08:17 WIB
24 Desember 2000 atau 20 Ramadan 1421 H, seorang Banser jadi korban teror bom natal saat menunaikan amanat Gus Dur untuk turut menjaga gereja.
Plang Jalan Riyanto di Kecamatan Prajurit Kulon, Mojokerto. (CNNIndonesia/Farid)
Bukan hanya di kota asalnya, Mojokerto, pengorbanan Riyanto itu pun menginspirasi umat non-Islam di wilayah lain di Indonesia. Salah satunya, lewat komunitas yang bergiat di akun Twitter dengan mengatasnamakan Katolik Garis Lucu, @KatolikG.

Komunitas yang terbentuk pada April tahun ini mencetuskan ide mengumpulkan donasi untuk keluarga Riyanto dan empat rekan Banser lain yang bertugas kala itu.

"Pas momen natal, kami ingat bahwa dulu ada sejarah di mana Riyanto pasang badan untuk menyelamatkan umat kristiani, walaupun tak langsung di gereja kami [Katolik], tapi juga pada waktu itu peledakan bom ada di beberapa tempat termasuk di Gereja Santo Yoseph Mojokerto," ujar salah satu admin akun Twitter @KatolikG yang tak ingin identitasnya disebut, Senin (23/12).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia mengatakan penyerahan donasi yang terkumpul lewat platform Kitabisa.com itu akan diserahkan di Gereja Santo Yoseph Mojokerto pada 29 Desember mendatang.

"Kami kan dari komunitas katolik, sehingga kami menuju ke Santo Yoseph, karena di sana adalah gereja Katolik. Kalau tempat Riyanto bertugas itu (Eben Haezer) adalah gereja Kristen, Protestan," kata dia.

Saat dihubungi itu, ia menyatakan dana yang terkumpul sudah mencapai Rp106,7 juta dari target Rp50 juta dari 1.007 pendonasi.

"Kami tidak ada pesan khusus, kami hanya ingin mengucapkan terima kasih bahwa di tengah masyarakat, situasi di mana penolakan satu dengan yang lain begitu tinggi terutama menyangkut hal-hal agama, kepercayaan, masih ada orang yang berpikir kemanusiaan di atas segalanya, " ujar sang admin.

LIPSUS KORBAN TERORIS 5: RIYANTO BANSER MOJOKERTOAnggota Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Nahdlatul Ulama. (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
Tradisi Banser menjaga gereja sendiri diketahui bermula dari amanat Gus Dur saat masih menjabat Ketum PBNU pada 1996 silam. Berkaca pada kerusuhan massa yang berujung pembakaran gereja di Situbondo. Selasa (24/12), kepada CNNIndonesia.com, Ketua Umum GP Anshor Yaqut Cholil Qoumas mengatakan, kala itu Gus Dur memberikan amanat kepada para Banser untuk turut mengamankan gereja.

Seperti dikutip dari situs NU Online, untuk membantah keraguan Banser soal instruksi menjaga gereja, Gus Dur pada 1996 silam menjawab agar para anshor berpikir yang dijaga bukan sekedar gereja, melainkan menjaga tempat tinggal, menjaga tanah kelahiran. Setiap gangguan yang terjadi di tanah kelahiran, pasti akan berdampak pada anshor itu juga.

Menghormati Semangat Kemanusiaan Riyanto


Mengingat Riyanto, bagi Katinem tak melulu hanya soal susah hati. Memorinya kemudian kembali ke belasan tahun silam saat anak pertamanya masih belia.

"Siang-siang waktu dia makan, dia bilang 'Bu, aku ingin jadi tentara, mengabdi pada negara'," kata Katinem, bercerita. 

Sebagai orang tua, Katinem pun bertanya mengapa anaknya mempunyai keinginan seperti itu. Riyanto menjawab jika gugur di medan perang, kematiannya syahid karena membela bangsa dan negara. 

"'Kalau aku mati syahid, nanti banyak orang yang mendoakan'. Saya iya-iya saja waktu itu, wong dia bilang saat makan sambil lihat TV, pulang kerja. Saya ya ndak ngerti, ya mungkin keinginannya sekarang tercapai, banyak orang yang mendoakannya," cerita Katinem.

Kepergian Riyanto, selalu dikenang banyak pihak. Doa-doa itu, datang dari rekan sesama Banser Mojokerto yang rutin menggelar haul Riyanto tiap tahun, tanpa terputus. Tak hanya itu, menjelang Natal, ratusan jemaat Gereja Eben Haezer juga menggelar doa khusus untuk mendiang. 

"Kami tiap tahun tak pernah putus menggelar haul, ini sebagai penghormatan kepada Riyanto karena pengorbanannya," kata Kasatkorcab Banser Kota Mojokerto, Syahrial. 



Nama Riyanto, pada 2012 lalu bahkan, diabadikan menjadi salah satu nama jalan di Kecamatan Prajurit Kulon, Mojokerto. Pemerintah setempat juga membangun gapura besar bertuliskan nama Riyanto. 

Melalui itu, Syahrial berharap, dirinya sendiri, para banser, dan seluruh umat Islam di Indonesia bisa meneledani sikap dan pengorbanan yang telah Riyanto lakukan. Baginya, Riyanto adalah seorang pejuang kemanusiaan, yang telah sepenuhnya berhasil mengamalkan rahmat dari tuhan

"Negeri ini memiliki banyak perbedaan, agama ada Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan lainnya. Perbedaan itu adalah rahmat tuhan, kita harus menghargai rahmat itu. Riyanto sudah melakukannya, tugas kita sekarang meneladaninya," ujar Syahrial. 

LIPSUS KORBAN TERORIS 5: RIYANTO BANSER MOJOKERTOGapura Jalan Riyanto di Mojokerto. (CNNIndonesia/Farid)
Titik, adik Riyanto, merasa hingga kini keluarga masih menyimpan duka. Kendati demikian ia mengaku telah memaafkan pelaku teror yang menewaskan kakaknya tersebut. Ia juga berharap aksi terorisme di negeri ini tak terulang kembali. 

"Yang sudah ya sudah. Semoga aksi teror tidak terulang lagi. Semoga segera disadarkan orangnya ditunjukkan jalan yang benar. Kami sudah memaafkan," katanya.

Artikel ini merupakan bagian dari serial Liputan Khusus CNNIndonesia.com dengan tajuk Bertahan dari Luka Terorisme. Simak selengkapnya di sini.
(kid)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER