Sukajaya, Bogor, CNN Indonesia -- Ining memandangi rumahnya dari tenda pengungsian. Rumah di atas bukit itu terlihat miring. Timbunan tanah tampak merendam rumah berpoles cat putih.
Pria berusia 79 tahun itu masih tak percaya rumah barunya luluh lantak oleh terjangan tanah longsor di awal tahun. Padahal keluarga besarnya baru meninggali rumah itu dua tahun.
Hunian petak itu ia dapat dari pemerintah sebagai ganti rumahnya yang dihantam longsor pada 2017. Ining dan belasan keluarga lainnya mendapat rumah gratis di Kampung Palalanggon, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor.
"Sebelumnya longsor di tempat lain, didata sama RT, berapa lama kemudian direlokasi, ini kan relokasi.
Dibawain alat berat, rumah saya dikasih," kata Ining kepada
CNNIndonesia.com sembari mengusir rasa tidak percaya, Rabu (15/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ining berusaha menghibur diri. Ia bercanda rumahnya tak seapes warga lainnya yang sampai ditelan tanah. Namun tetap saja saat ini rumah itu tak bisa lagi ia tinggali.
Pria yang bekerja sebagai petani serabutan itu mengaku tak ada peringatan tempat relokasi itu rawan longsor. Ining yang tak punya tempat tinggal saat itu pun langsung mengiyakan tawaran rumah gratis tersebut.
"Semua juga enggak tahu kalau bakal begini. Kalau tahu begini saya juga enggak mau dikasih," tuturnya sembari tertawa.
Nasib nelangsa juga dialami warga relokasi lainnya, Teti dan Pian. Menurut Asmu (63), ayah Teti, keluarganya juga mendapat rumah dari pemerintah usai kejadian longsor 2017.
Teti dan Pian bahkan baru merampungkan pembangunan rumah itu. Namun saat ini rumah mungil mereka sudah rata dengan tanah.
"Iya tadinya di Pasir Makam, kena bencana, pindah ke sini. Belum ada setahun, lima bulan lah, kena lagi," ucap Asmu kepada
CNNIndonesia.com sambil menahan air mata.
[Gambas:Video CNN]Warga lainnya, kata Asmu, bahkan ada yang belum sempat menempati rumah yang jadi hak mereka. Dia bilang ada lima rumah yang masih dalam pembangunan, tapi sudah habis dihantam longsor.
Kini warga yang kehilangan tempat tinggal menetap di tenda-tenda pengungsian. Mereka masih menggantungkan diri terhadap bantuan lembaga-lembaga seperti CT Arsa Foundation.
Sementara Teti dan keluarganya saat ini memilih mengungsi ke rumah Asmu di Pasir Madang. Mereka masih belum punya rencana terkait pindah tempat tinggal.
"Ya semua kehendak Allah, kita hadapi saja. Pasti ada gantinya dari Allah, kan semua punya Allah," ucap Asmu dengan mata berkaca-kaca.
(dhf/gil)