Jakarta, CNN Indonesia -- Sebanyak tiga perawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tarakan, Kalimantan Utara, diajukan ke Komite Etik Hukum untuk diberikan sanksi terkait candaan mengenai infeksi
virus corona.
Mereka adalah perawat yang berfoto menggunakan alat pelindung diri (APD) dan viral di media sosial serta pesan berantai
WhatsApp di Tarakan dan sekitarnya.
"Saya sangat menyesal, karena hal ini dianggap bercanda, saya minta yang menyebarkan diajukan ke Komite Etik Hukum, ancamannya paling berat dipecat," kata Direktur Utama RSUD Tarakan, Hasbi Hasyim di Tarakan, Selasa (28/1) seperti dilansir
Antara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengatakan foto yang tersebar oleh tiga perawat tersebut sudah menimbulkan keresahan, terutama di Tarakan dan Kaltara. Dari foto itu warga menduga di daerah mereka telah ada yang terjangkit virus corona. Padahal berdasarkan pemeriksaan tidak ada pasien yang tertular virus corona.
"Ini sisi negatifnya media sosial, saya sudah kumpulkan. Bagian UGD dan laboratorium sebenarnya untuk saling mengingatkan untuk hati-hati, tapi (foto) ke luar," kata Hasbi.
Hasbi juga meminta maaf atas nama pribadi dan institusinya kepada pasien dan keluarga pasien.
"Saya selalu mengingatkan, bahkan dua minggu lalu berpesan agar bijak di media sosial," kata Hasbi.
Guna mengantisipasi, jika ada penumpang yang terdeteksi infeksi virus corona di wilayah tersebut langsung dievakuasi ke RSUD Tarakan. Di RSUD Tarakan itu sendiri memiliki empat tidur di ruang isolasi.
Polda DIY Pantau Hoaks soal Virus Corona di RSUP Sardjito
Sementara itu, di Yogyakarta, polisi memantau beredarnya kabar bohong alias hoaks melalui pesan berantai aplikasi
WhatsApp yang menyebutkan virus corona menyebar di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Sardjito.
"Nanti kita akan lihat dampaknya seperti apa informasi itu. Kalau memang cukup meresahkan dan berdampak berkelanjutan tentu kita akan ambil langkah-langkah supaya (hoaks) tidak menyebar atau ada kesadaran masyarakat tidak mengulangi lagi," kata Kepala Bidang Humas Polda DIY Kombes Pol Yuliyanto di Mapolda DIY, Selasa.
Kepolisian, kata dia, telah mengetahui informasi yang beredar secara berantai tentang virus corona di RSUP Dr. Sardjito yang kemudian telah dibantah oleh pihak manajemen rumah sakit.
"Dari sana (RSUP Dr. Sardjito) kan sudah mengkonfirmasi bahwa tidak ada itu
suspect-nya," kata dia.
Menurut Yuliyanto, meski belum menerima aduan dari RSUP Dr. Sardjito, Polda DIY memungkinkan menindaklanjuti kasus itu dengan dasar laporan polisi yang dibuat oleh penyidik.
"Nanti bisa saja ketika mempelajari atau menyimpulkan bahwa ini perlu dilakukan tindaklanjut secara tegas oleh polisi maka bisa saja dengan laporan polisi yang dibuat penyidik," kata dia.
Ia berharap masyarakat yang mengetahui informasi itu tidak menyebarkan ulang. Pasalnya, transaksi elektronik atau penyebaran informasi yang tidak jelas memiliki konsekuensi ancaman berdasarkan undang-undang.
"Siapa pun masyarakat yang kalau tidak mengetahui pasti berhati-hatilah menyebarkan informasi di dunia maya atau media sosial," kata Yuliyanto.
[Gambas:Video CNN]Sebelumnya, Kepala Bagian Humas RSUP Dr Sardjito Banu Hermawan saat jumpa pers di Yogyakarta, Rabu (22/1) menegaskan bahwa kabar yang menyebutkan ada pasien dan dua perawat RSUP Dr. Sardjito tertular virus berbahaya adalah hoaks.
"Kami pastikan itu hoaks. Berita yang dipublikasikan itu mengatasnamakan sebagai Kabag Ops Sardjito. Tadi kami konfirmasi, Kabag Ops kok cowok padahal Kabag Ops kami perempuan," kata Banu.
Ia pun menegaskan bahwa di RSUP Dr Sardjito tidak ada pasien yang sedang dirawat karena penyakit Mers-Cov dan SARS-Cov yang disebabkan virus berbahaya seperti virus corona.
(antara/kid)