Soal Formula E, Ikatan Arsitek Minta Kesakralan Monas Dijaga

CNN Indonesia
Sabtu, 22 Feb 2020 03:32 WIB
Ikatan Arsitek Indonesia mengkritik perhelatan Formula E di Monas. Mereka meminta kesakralan Monas sebagai cagar budaya dijaga.
Ikatan Arsitek Indonesia mengkritik perhelatan Formula E di Monas. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Polemik lokasi perhelatan Formula E di kawasan Monas masih bergulir. Kini giliran Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) yang memberikan pernyataan agar semua pihak bisa menjaga kesakralan Monas.

Ketua Umum IAI Ahmad Djuhara menyampaikan hal ini lewat Surat Pernyataan Sikap Ikatan Arsitek Indonesia tentang Cagar Budaya dan Situs Penting Lainnya di Indonesia.


Djuhara menekankan bahwa semua pihak harus memahami arti penting penanda perjalanan Bangsa Indonesia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"IAI menyerukan kepada semua pihak untuk bersikap hormat dan khidmat kepada situs Cagar Budaya dan kawasannya karena memiliki makna yang sakral," kata Djuhara dalam keterangan yang diterima CNNIndonesia.com, Jumat (21/2).

Poin kedua ialah ia meminta semua pihak menjaga arsitektur yang penting bagi perjalanan Bangsa Indonesia ke masa depan.

Djuhara mengatakan sebagai arsitek, pihaknya selalu mempertimbangkan nilai historis suatu lokasi dalam praktik kerjanya.

Menurutnya, Monas adalah salah satu tempat sakral yang berbeda jauh dengan kondisi fisik dengan menara Eiffel yang juga dijadikan tempat Formula E.

"Kalau Eiffel itu iya sebuah eksposisi berbeda dengan Monas sakralnya berbeda yang melambangkan perjuangan Bangsa. Itu berbeda," ujarnya.


Soal Formula E, Ikatan Arsitek Minta Kesakralan Monas DijagaPenyelenggaraan Formula E di Paris pada 2019. (KENZO TRIBOUILLARD/AFP)
Untuk menjaga kesakralan Monas, ia menyarankan agar pihak terkait dapat menggunakan tempat lain selain Monas. Menurutnya, arsitek juga lebih baik merancang kawasan di luar Monas yang juga bisa digunakan sebagai tempat Formula E.

"Di sisi lain kita perlu pahami niat baiknya apa menyelenggarakan tapi untuk melambangkan Jakarta banyak kok beberapa spot yang kelihatan latar belakangnya Monas," jelas dia.

"Kenapa harus mengganggu rasa hormat beberapa pihak lain dengan menyelenggarakan (Formula E). Dengan hikmat dan hormat masuk ke daerah agung pasti orang akan bersorak sorai di tempat itu," lanjut dia.

Terakhir Djuhara mengingatkan seluruh arsitek memiliki kode etik untuk mematuhi undang-undang, termasuk Undang-undang nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Artinya, setiap arsitek juga harus patuh dan terhadap prosedur yang berlaku.

"Itu kode etik kita untuk jaga arsitektur Indonesia. Saya kira semua pihak harus jalani ini," tutup dia.

Sebelum IAI, Perkumpulan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI) turut mendesak agar perhelatan Formula E tidak dilakukan di Cagar Budaya Monas. Menurut Ketua IAAI Wiwin Djuwita Ramelan menyatakan pihaknya khawatir perhelatan itu bisa merusak kawasan Cagar Budaya Monas

Ia juga menjelaskan sesuai Undang-undang Nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya menyebutkan bahwa revitalisasi harus memperhatikan tata ruang, tata letak, fungsi sosial dan lanskap budaya asli. Ia meminta semua izin yang telah dikeluarkan untuk ditarik kembali.

Pemprov DKI mengklaim telah mengantongi izin penggunaan cagar Budaya Monas untuk Formula E. Namun hingga kini belum ada penjelasan terkait lokasi perhelatan pasti. Dari penjelasan awal, Formula E akan dilakukan di sekitar tugu Monas dan kawasan Monas.


[Gambas:Video CNN] (ctr/pmg)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER