Jakarta, CNN Indonesia -- Sekretaris Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan, Achmad Yurianto mengatakan pemerintah belum bisa menjemput puluhan WNI awak
Kapal Diamond Princess karena masih menunggu izin dari Jepang. Mereka bersama awak dan penumpang kapal lain saat ini masih dikarantina di Pelabuhan Yokohama, Jepang akibat penyebaran
virus corona.
"Masih belum ada izinnya, karena kan urusan diplomatiknya belum selesai, tapi kami (Kemenkes) sudah siapkan beberapa opsi penjemputan," kata Achmad saat temu media di Kemenkes, Selasa (25/2).
Dari 78 WNI yang menjadi ABK Diamond Princess, 9 di antaranya positif covid-19 dan menjalani perawatan intensif di kota Chiba dan Tokyo. Jumlah itu yang terbaru, setelah lima WNI lagi dinyatakan positif virus corona.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Achmad, diperlukan penanganan khusus untuk pemulangan WNI Kapal Diamond Princess. Sebab kapal tersebut telah menjadi epicentrum baru penyebaran virus corona.
"Untuk Diamond Princess itu beda dengan World Dream, karena kalau Diamond Princess itu kan epicentrum baru, jadi penanganannya berbeda, perlu ekstra hati-hati," ujarnya.
Dalam kasus Diamond Princess, observasi direncanakan selama 28 hari, sebab ada kemungkinan gejala baru muncul setelah 3-5 hari terinfeksi. Padahal biasanya, gejala langsung muncul disertai kondisi kesehatan yang memburuk.
"Karena kemungkinan ada mutasi virus, tidak menunjukkan gejala namun hasil tesnya positif, nah ini kemungkinan mutasi, makanya observasinya lebih lama, 28 hari," jelasnya.
[Gambas:Video CNN]Pemerintah sudah merencanakan dua opsi penjemputan WNI ABK Diamond Princess. Opsi pertama, lewat jalur laut dengan KRI Soeharso, dan opsi kedua, melalui jalur udara menggunakan pesawat.
Selain Diamond Princess, pemerintah juga berencana memulangkan 188 WNI yang menjadi ABK di kapal pesiar World Dream. Kapal tersebut juga terkontaminasi virus corona.
Pemulangan 188 WNI ABK World Dream akan dilakukan pada Rabu, 26 Februari menggunakan KRI Soeharso. Diperkirakan dua hari kemudian mereka akan tiba di Pulau Sebaru, Kepulauan Seribu, yang menjadi lokasi observasi selama 14 hari.
(mel/osc)