Jakarta, CNN Indonesia -- Wakil Presiden
Ma'ruf Amin meminta agar masyarakat di 270 wilayah yang menggelar
Pilkada 2020 menjauhi praktik politik uang yang kerap hadir untuk mempengaruhi pemilih dalam kontestasi lokal tersebut.
Ma'ruf lantas mengistilahkan praktik politik uang sebagai "NPWP" atau kepanjangan dari 'nomor piro, wani piro' atau "nomor berapa berani berapa".
"Jangan sampai pemilu ini dicederai dengan seperti yang tadi dijelaskan, adanya
money politic atau bahasa anak-anak bilang itu jangan ada NPWP,
nomor piro wani piro, jangan sampai sebar hoaks," ujar Ma'ruf saat membuka acara Indeks Kerawanan Pemilu di Hotel Redtop Pecenongan, Jakarta Pusat, Selasa (25/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak hanya politik uang, Mantan Rais Aam PBNU itu turut meminta agar para kandidat calon kepala daerah menjauhi praktek berbau SARA untuk meraih simpati pemilih.
Ia berkeinginan agar para kandidat bersaing secara sehat. Cara-cara tak terpuji seperti politik uang, politisasi SARA hingga menyebarkan hoaks akan mencederai praktek demokrasi yang sudah matang di Indonesia.
"Jangan sampai dikompromikan dengan proses-proses prosedural dan praktik-praktik yang mencederai pencapaian tujuan berdemokrasi itu...Karena dia tidak mampu bersaing secara sehat, dia mencari hal yang lain," kata dia.
Selain itu, Ma'ruf menyarankan agar seluruh kandidat kepala daerah mampu mencontoh kisah Nabi Yusuf yang pernah diangkat sebagai perdana menteri Mesir oleh Firaun beberapa abad silam.
Nabi Yusuf, kata Ma'ruf, berani untuk menonjolkan kemampuan yang dimilikinya di bidang perbendaharaan negara ketimbang bidang lainnya saat diminta Firaun jadi perdana menteri.
Melihat hal itu, Ma'ruf menyarankan agar para kandidat kepala daerah berani menonjolkan keunggulannya ketimbang memainkan isu negatif dalam meraih simpati pemilih.
"Kalau kita ingin dipilih boleh saja, kita menyampaikan kelebihan kita, keunggulan kita," kata Ma'ruf.
(rzr/end)