Dirjen Kebudayaan: Keris Diponegoro Sesuai Sumber Primer

CNN Indonesia
Jumat, 13 Mar 2020 10:22 WIB
Kemendikbud menyebut keris yang diberikan Raja Belanda sesuai dengan deskripsi sumber-sumber sejarah soal keris milik Pangeran Diponegoro, Kyai Nagasiluman.
Dirjen Kebudayaan Kemendikbud menyebut keris dari Raja Belanda sesuai deskripsi dalam dokumen sejarah soal Kyai Nagasiluman. (CNN Indonesia/Dinda Audriene Muthmainah)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menyebut keris yang diberikan Raja dan Ratu Belanda, Raja Willem Alexander dan Ratu Maxima, kepada Presiden Jokowi sudah sesuai dengan deskripsi sumber-sumber sejarah soal keris milik Pangeran Diponegoro, Kyai Nagasiluman.

Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid mengatakan pihaknya telah melakukan verifikasi pada awal Maret terhadap hasil riset dari tim Museum Volkenkunde atau Museum Nasional Etnologi di Leiden, Belanda, yang dilakukan sejak 2017 terhadap semua koleksi kerisnya.

Hasilnya, kata Hilmar, dari 300-an keris yang diverifikasi hanya keris yang diberikan Raja dan Ratu Belanda itu yang sesuai gambaran sumber-sumber primer.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dari sekitar 300-an keris yang ada di sana, hanya keris yang kemarin dipajang itulah yang sesuai dengan deskripsi dalam sumber-sumber primer," kata Hilmar lewat pesan singkat kepada CNNIndonesia.com, Kamis (12/3).

Kata Hilmar, keaslian keris yang diberikan oleh Raja dan Ratu Belanda itu juga sesuai dengan data sumber primer yang pihaknya pegang. Sumber primer itu, misalnya, sebuah dokumen surat pada Mei 1830.

Surat itu, kata dia, adalah surat dari sosok bernama Sentot yang menyatakan keris yang dibawa Cleerans itu diserahkan kepada Raja Belanda waktu itu. Di surat tersebut, dijelaskan bahwa ada nota tulisan tangan Raden Saleh tertanggal 17 Januari 1831 yang memberi deksripsi fisik keris tersebut.

"Yang dibawa Cleerens dan diserahkan kepada Raja Belanda waktu itu benar adalah milik Pangeran Diponegoro dan diberi nama Kyai Nagasiluman," jelas Hilmar.

Hilmar lebih lanjut menyatakan bahwa pengembalian benda pusaka asli Indonesia itu murni atas inisiatif pemerintah Belanda. Inisiatif itu sebagai kelanjutan dari perjanjian yang dibuat antara Indonesia dan Belanda pada 1970 untuk memulangkan tiga objek lain pemerintah Belanda sebelumnya.

[Gambas:Video CNN]
Ia mengaku tak keberatan jika ada pihak yang meragukan keaslian keris tersebut dan justru menyarankan agar perdebatan soal itu bisa dibawa dalam meja diskusi.

Perdebatan itu, katanya, justru akan menjadi evaluasi pihaknya untuk menyusun rencana kerja-kerja kebudayaan di lembaganya.

"Soal ada yang meragukan silakan saja. Mau berdiskusi bagus sekali," ujarnya.

Saat ditanya soal pelibatan pihak yang meragukan, termasuk Ketua Umum Sekretariat Nasional Perkerisan Indonesia (SNKI) Fadli Zon, untuk memverifikasi keaslian keris tersebut, Hilmar enggan menjawab.

Pihaknya masih akan bekerja sama dengan pemerintah Belanda untuk membahas pengembalian benda-benda bersejarah lainnya, teurtama yang bernilai simbolik, yang saat ini masih berada di Belanda.

"Target utama tentu benda yang memiliki nilai simbolik bagi masyarakat kita di samping melengkapi apa yang kita belum punya," kata Hilmar.

Sebelumnya, Ketua Sekretariat Nasional Perkerisan Indonesia (SNKI) Fadli Zon sempat meragukan keaslian keris yang diberikan Raja dan Ratu Belanda kepada Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan, Bogor, Selasa (10/3).

Fadli, yang merupakan kolektor keris, meyakini keris yang dikembalikan itu bukan Keris Kyai Nagasiluman milik Pangeran Diponegoro, melainkan Keris Nogo Rojo era Mataram Sultan Agung.

(arh/thr/arh)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER