Polisi Sita 20 Senpi Ilegal dari Kasus Jual Beli Porsche

CNN Indonesia
Kamis, 19 Mar 2020 00:53 WIB
Polda Metro Jaya menyita puluhan senjata api ilegal terkait kasus penganiayaan dalam penjualan mobil.
Ilustrasi penganiayaan dengan senpi. (Istockphoto/emmy-images)
Jakarta, CNN Indonesia -- Polisi meringkus enam orang serta menyita puluhan senjata api (senpi) ilegal terkait kasus penganiayaan dalam penjualan mobil Porsche.

Kapolda Metro Jaya Irjen Nana Sudjana mengatakan pengungkapan kasus itu bermula dari insiden perselisihan antara pelaku AK dan JR dengan korban DH dalam jual beli mobil.

"Pengungkapan kepemilikan senpi ilegal ini bermula dari adanya kasus penganiayaan," kata Nana di Polda Metro Jaya, Rabu (18/3).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam kasus itu, AK dan JR memukul korban dengan menggunakan senjata api. Tak hanya memukul, kedua pelaku juga menembakkan senjata api tepat di samping telinga korban.

Atas kejadian itu, korban kemudian membuat laporan ke pihak kepolisian. Dari laporan itu, polisi meringkus pelaku AK pada 29 Januari.

[Gambas:Video CNN]
Kepada polisi, AK mengaku bahwa senjata api yang digunakan adalah milik JR. Selanjutnya, polisi meringkus JR pada 30 Januari dan menyita dua pucuk senjata api.

Polisi kemudian mengembangkan kasus itu dan diketahui bahwa senjata api itu diperoleh dari seseorang berinisial GTB.

"Sekitar 19 Februari, GTB ditangkap dan kami melakukan penggeledahan di daerah Kosambi, Cengkareng. Di sinilah ditemukan lima senjata api dan tiga senjata angin," tutur Nana.

Selain itu, polisi menyebut GTB menjual senjata api dan peluru ke tiga orang lainnya, yakni WK, MH, dan AST. Ketiganya juga turut diringkus oleh polisi.

Nana menyebut dalam kasus ini pihaknya menyita barang bukti berupa 20 senjata api dan 12 ribu peluru.

Atas perbuatannya, para tersangka dikenakan Pasal 1 ayat 1 UU darurat, Pasal 170 ayat 2 ke 3 KUHP, Pasal 368 KUHP, Pasal 333 ayat 2 KUHP dan Pasal 335 ayat 1 dengan ancaman hukuman penjara selama 20 tahun penjara.

(dis/arh)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER