Jakarta, CNN Indonesia -- Kapolda Sulawesi Tenggara Brigadir Jenderal Merdisyam menyatakan salah satu anggota Polres Kolaka menjadi orang dalam pemantauan (ODP)
virus corona (Covid-19). Anggota polisi itu merupakan kerabat dekat dari pasien dalam pengawasan (PDP) terkait virus corona yang meninggal dunia.
Merdisyam menyebut anggota Korps Bhayangkara itu telah diminta untuk melakukan isolasi mandiri dan dibebastugaskan sementara dari pekerjaannya.
"Sesuai langkah-langkah prosedur yang wajib dilakukan untuk antisipasi jika didapat gejala awal bagi orang yang pernah bertemu atau berinteraksi yang diduga terpapar virus Covid-19," kata Merdisyam saat dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis (26/3).
Ia menjelaskan anggota polisi tersebut kini mengalami gejala-gejala seperti sakit pada tenggorokan, batuk, demam, dan juga flu. Pihaknya masih menunggu hasil pemeriksaan terhadap anggota Polri itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Belum dapat dikatakan positif terinfeksi Covid-19, pihak Dinkes sampai sekarang masih menunggu hasil swab," ujarnya.
Meskipun demikian, Merdisyam mengatakan pihaknya juga belum bisa memastikan bahwa pasien yang meninggal tersebut positif Covid-19. Hasil tes milik pasien yang meninggal itu juga belum keluar.
Tim Gugus Tugas Covid-19 Kabupaten Kolaka mengatakan akan mengidentifikasi 200 lebih warga yang melayat seorang pasien dalam pengawasan (PDP) di Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara pada Senin (23/3) lalu.
"Kita melakukan pendataan sudah dua hari ini. Ada sekitar 200-an lebih. Ada 60 dari Bombana dan sekitar 150-an dari Kolaka. Semuanya yang datang melayat termasuk suami dan keluarga terdekatnya," kata Aris saat dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis (26/3).
[Gambas:Video CNN]Pasien PDP yang meninggal itu menjadi viral usai video pemulasaran jenazahnya dibagikan ke media sosial. Keluarga juga menolak menggunakan mobil ambulans milik rumah sakit dan lebih memilih membawa jenazah menggunakan mobil pribadi.
Tiba di kampungnya di Kolaka, jenazah disambut histeris. Plastik yang membungkus jasad dibuka, prosesi pemakaman tidak seperti penanganan pasien virus corona melainkan dengan ritual adat pada umumnya.
(mjo/fra)