Jakarta, CNN Indonesia -- Ketua Lembaga Musyawarah Adat Suku Amungme (Lemasa)
Papua, Odizeus Beanal meminta oknum
aparat yang melakukan
penembakan terhadap warga sipil Papua hingga meninggal dunia pada Senin (13/4) lalu diproses hukum secara tegas.
Tak hanya itu, dia juga meminta agar proses hukum yang berjalan nantinya dilakukan secara transparan.
"Kami meminta agar oknum aparat yang melakukan penganiayaan dan pembunuhan secara tragis terhadap kedua korban agar diproses secara hukum yang tegas dan transparan," kata Odizeus melalui siaran pers, Kamis (16/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengatakan hal ini dilakukan agar pihak keluarga dan semua masyarakat Papua bisa merasakan bahwa hukum yang dijalankan pemerintah Indonesia tidak pandang bulu. Dengan demikian mereka bisa merasakan keadilan setelah dua warganya mati tertembak.
"Kami ingin agar pihak keluarga dan masyarakat Papua pada umumnya dapat melihat bahwa hukum tidak pandang bulu dan dapat merasakan keadilan itu ada saat para pelaku di jatuhi hukuman kejahatan terhadap nyawa," kata dia.
Dalam kesempatan itu, Odizeus juga merinci kronologi penembakan oleh oknum aparat terhadap dua warga sipil Papua. Kedua korban itu adalah Ronny wandik yang berasal dari Suku Damal Papua dan Eden Bebari dari Suku Serui Papua.
Penembakan ini terjadi di Mile 34 Distrik Kwamki Narama, Timika Papua. Kedua korban mulanya hendak menangkap ikan dengan menggunakan kaca molo dan senapan penangkap ikan di Kali Biru.
Tepat saat keduanya memancing, aparat secara tiba-tiba mendatangi keduanya dan langsung menembak mereka.
 Kapolda Papua Irjen Pol. Paulus Waterpauw. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono) |
Sebelumnya, Kapolda Papua Irjen Pol. Paulus Waterpauw, melalui video yang diterima CNNIndonesia.com, Rabu (14/4), mengatakan penembakan terhadap dua warga sipil Papua oleh aparat militer ini memang tidak lepas dari tindakan kelompok separatis sejumlah kelompok kriminal bersenjata (KKB) Papua yang kerap kali melakukan penyerangan di sejumlah titik.
"Ada sejumlah orang yang berkelompok yang kemudian juga bersenjata yang senantiasa juga terus melakukan kekerasan-kekerasan masif kepada kami aparat baik TNI maupun Polri," kata dia.
Hal ini, katanya, menyebabkan tim pengamanan, baik dari TNI maupun Polri, kesulitan membedakan antara KKB dengan warga sipil yang hanya melintas di daerah rawan tersebut.
"Sementara situasinya begitu terbuka, sehingga terkadang kami sulit juga untuk bisa membedakan mana kelompok-kelompok yang berseberangan dengan kita, kelompok yang senantiasa menganggu masyarakat biasa," katanya.
Sementara itu, Panglima Kodam XVII/Cenderawasih Mayjen TNI Herman Asaribab yang juga hadir menemui keluarga korban memastikan akan ada investigasi terkait insiden penembakan warga sipil itu.
"Kami turut berduka cita dan juga hal yang terjadi nanti kita ada juga petugas yang ditunjuk melaksanakan investigasi sehingga bisa kita mengetahui dan ada proses-proses hukum yang berjalan. Saya kira itu," kata dia.
(tst/pmg)
[Gambas:Video CNN]