Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (
Kemendikbud) bersama UNICEF melakukan survei dalam rangka mengevaluasi pelaksanaan program Belajar Dari Rumah (BDR) di
TVRI yang ditayangkan sejak 13 April lalu. Program BDR ini terkait dengan penyebaran wabah
virus corona di Indonesia dalam dua bulan terakhir.
Dari survei itu, Kemendikbud mengklaim 99 persen guru, siswa, dan orang tua mengetahui program tersebut di TVRI.
"Sebanyak 99 persen guru, siswa, dan orang tua, baik di wilayah 3T (terdepan, terluar, tertinggal) maupun non-3T mengetahui program ini," kata Kepala Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat Kemendikbud, Evy Mulyani dalam keterangan tertulis, Selasa (5/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Evy mengatakan dari survei tersebut, TVRI menjadi saluran televisi yang paling banyak ditonton siswa selama pembelajaran dari rumah.
Sebanyak 52 persen responden siswa di wilayah 3T menyatakan menonton lembaga penyiaran publik ini selama masa pembelajaran jarak jauh dari rumah masing-masing. Sementara itu, sebanyak 78,6 persen responden di wilayah non-3T juga menyatakan menonton TVRI selama masa pembelajaran dari rumah.
Sementara sebanyak 94 persen guru di wilayah 3T pernah menonton program BDR di TVRI. Sementara itu, 77 persen guru di wilayah non-3T mengaku pernah menonton program BDR TVRI.
"Di wilayah 3T, frekuensi guru menonton program BDR ini sebanyak 3,2 kali dalam seminggu. Sementara di wilayah non-3T sebanyak 4,1 kali," jelas dia.
Secara umum, tingkat kesenangan menonton program BDR cukup baik. Evy menyebutkan bagi siswa, skor yang didapatkan sebesar 7,8 (skala 1-10) dan bagi orang tua sebesar 8,2. Sementara itu, tingkat kesenangan guru di wilayah 3T sebesar 7, dan di wilayah non-3T sebesar 7,5.
"Ini menjadi masukan bagi kami untuk melakukan perbaikan program mendatang. Khususnya pendekatan bagi publik di wilayah 3T," ujar dia.
Dari survei tersebut, ia menjelaskan didapatkan umpan balik yang didapatkan dimana sebanyak 20 persen responden siswa mengharapkan penambahan durasi tayangan pembelajaran.
"Kami akan berkoordinasi dengan TVRI terkait kemungkinan penambahan jam tayang. Terutama materi pembelajaran kemampuan kecakapan hidup dan vokasi. Mungkin bisa menambah durasi tayangan minimal 45 menit per segmennya," tutur Evy.
Survei dilakukan pada periode 20-23 April 2020. Adapun data untuk kelompok responden guru di daerah 3T didapatkan dari survei SMS dan daring. Sedangkan untuk kelompok responden guru di daerah non-3T, siswa, dan orang tua diperoleh dengan menggunakan metode daring.
Jumlah responden untuk survei daring sebanyak 1.198 guru, 1.736 siswa, dan 1.373 orang tua.
"Karena keterbatasannya, kedua survei ini tidak dapat merepresentasikan gambaran nasional secara proporsional untuk masing-masing kelompok responden," kata dia.
Sebelumnya, menurut Pengamat pendidikan dari Center of Education Regulations and Development Analysis (CERDAS) Indra Charismiadji, program belajar yang disiarkan lewat TVRI itu lebih cocok sebagai materi pemandu yang diperuntukkan kepada orang tua dan guru yang mendampingi proses belajar anak selama di rumah.
Menurut Indra, kualitas pembelajaran terkini yang patut diterapkan kepada para siswa adalah model pembelajaran sederhana yang lebih menekankan kepada kreatifitas pikir dan inovasi anak-anak.
Indra menilai materi soal pembelajaran yang disiarkan dari TVRI lebih kepada isi kurikulum yang masih belum berkembang dari beberapa tahun silam.
"Kalau [Model pembelajaran] ini tahun 80-an cocok. Jadi modulnya tidak penting, bukan materinya yang penting, tapi caranya belajar, diajarkan caranya belajar," kata Indra, Senin (4/4).
(yoa/osc)
[Gambas:Video CNN]