SUDUT CERITA

Nenek Sebatang Kara di Serang Tak Tersentuh Bansos Corona

CNN Indonesia
Kamis, 14 Mei 2020 07:03 WIB
Nenek Rusmi, kelahiran tahun 1949. Hidup sebatang kara disebuah rumah miliknya yang sudah reyot dan nyaris ambruk di Desa Kamaruton, Kecamatan Kragilan, Kabupaten Serang, Banten.
Amin, warga Kabupaten Serang, Banten, tinggal di sebuah gubuk saat pandemi virus corona mewabah di Indonesia. (CNN Indonesia/ Yandhi)
Jakarta, CNN Indonesia -- Rusmi hidup sebatang kara di rumah reot di Desa Kamaruton, Kecamatan Kragilan, Kabupaten Serang, Banten. Di tengah pandemi virus corona (Covid-19) kehidupan nenek kelahiran 1949 itu makin sulit tanpa bantuan sosial (bansos) dari pemerintah.

Rumahnya berlantai semen berlubang di beberapa titik. Temboknya mengelupas. Catnya pun sudah pudar. Begitu pula atapnya banyak yang bolong.


Tak ada meteran listrik di rumah. Rusmi terpaksa meminta listrik dari rumah saudaranya. Ia tak punya cukup uang untuk membayar tagihan tiap bulan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Listriknya dapet ikut keponakan, ikut juga enggak pernah bayar. Iya tuh, acak-acakan rumahnya juga," kata Rusmi berbicara Bahasa Jawa Serang (Jaseng) saat ditemui di rumahnya, Selasa (12/05).

Sang nenek belum pernah mendapat bantuan dari pemerintah. Baik itu Program Keluarga Harapan (PKH), Jaminan Sosial Rakyat Banten Bersatu (Jamsos Ratu), Rumah Tidak Layak Huni (RTLH), BPJS Kesehatan, atau bahkan Jaring Pengaman Sosial (JPS) Covid-19.

"Enggak dapet bantuan, cuma dapet bantuan beras doang dari Pak Camat. Enggak pernah dikasih apa-apa. Saya minta tolong dibantuin, tapi enggak bisa katanya. KTP, KK juga ada," ujarnya.

Rumah Rusmi di Kabupaten Serang, Banten. (CNN Indonesia/ Yandhi)
Demi menyambung hidup, Rusmi mencari sisa gabah di sawah ketika musim panen padi tiba. Saat musim hujan, dia mencari ikan di sungai atau sawah. Ada saja warga yang membeli gabah dan ikan kecil hasil tangkapannya.

"Makannya dikasih, kadang ada yang ngasih, kadang dari bekas padi di sawah, paling dapet setengah ember. Cari ikan kecil-kecil di kali untuk dijual lagi. Ada aja (yang beli) kalau kasian mah," ujarnya.


Nasib yang sama juga dialami warga yang tinggal di Kampung Wedas Nenggang, Desa Sindangsari, Kecamatan Petir, Kabupaten Serang, Banten.

Amin (35), Kesih (35) dan anaknya, Ahmad (2) tinggal di sebuah gubuk berukuran 2 x 2 meter. Berdinding seng, terpal dan karung bekas. Atapnya terbuat dari anyaman daun kelapa. Tak ada dapur, kamar mandi bahkan ruang tamu.

Gubuk yang mereka huni bukan berdiri di atas tanah miliknya, tapi milik sebuah perusahaan. Tak jauh dari gubuk terdapat empang, kebun kangkung dan pohon bambu. Untuk mandi cuci kakus, Amin menumpang di tempat pemandian umum yang disediakan di kampung.

Amin bekerja sebagai buruh serabutan. Kadang sebagai kuli panggul di Pasar Petir dengan penghasilan paling besar Rp50 ribu per hari.

Amin tinggal di gubuk reot wilayah Kabupaten Serang, Banten. (CNN Indonesia/Yandhi)
Kadang Amin menjadi petani singkong, pekerjaan sampingannya. Daunnya dipetik untuk dijual setiap saat. Begitu pun umbinya, dijual saat panen tiba. Dia tidak bercocok tanam di tanah miliknya.

"Sehari-hari biasa nyangkul lahan PT (perusahaan) digarap aja. Jualan daun singkong di pasar atau kuli panggul, sehari paling dapat Rp50 ribu kalau lagi sehat," kata Amin di kediamannya.

Sempat ada yang memesan daun singkongnya. Namun begitu dikirim, pemesan malah batal membeli. Alasannya, daun singkong telah layu. Amin pun terpaksa membuangnya.


Sejak muncul wabah corona, istri dan anaknya diungsikan ke rumah orang tua. Amin kesulitan mencari nafkah. Apalagi penyakit di kakinya sering kambuh.

Kaki kirinya bengkak kemerah-merahan. Kulitnya mengelupas. Amin tak tahu sakit yang diderita, lantaran tak memiliki biaya maupun BPJS Kesehatan untuk berobat.

"Tadinya istri tinggal disini (gubuk), sekarang dititip ke rumah mertua karena enggak ada beras," katanya.

Selama beberapa tahun, Amin sekeluarga tak pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah, baik Jaminan Sosial Rakyat Banten Bersatu (Jamsosratu), Program Keluarga Harapan (PKH) hingga Jaring Pengaman Sosial (JPS) yang khusus diberikan bagi masyarakat terdampak covid-19.

"Encan menang (belum dapat) bantuan, PHK Jamsosratu, Corona (JPS). Bantuan dari ABRI (TNI), polisi, relawan enggeus (sudah dapat). Bantuan beras," ujarnya. (ynd/pmg)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER