Jakarta, CNN Indonesia -- Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup (Ditjen PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) memberi bantuan kepada masyarakat terdampak Covid-19. Bantuan yang diberikan melalui Yayasan Kumala dan Yayasan Sahabat Ciliwung itu berupa kebutuhan sehari-hari yakni beras 200 kg, 6.336 sabun cuci tangan, 10.080 suplemen vitamin, dan 15 ribu masker kain.
Pendistribusian akan dilakukan oleh Yayasan Kumala dan Yayasan Sahabat Lingkungan, diberikan kepada masyarakat yang sudah didata membutuhkan bantuan seperti dapur umum, tuna wisma, dan anak jalanan dengan penerapan protokol kesehatan yang berlaku. Dirjen PPKL M.R. Karliansyah mengungkapkan bentuk kepedulian ini sebagai komitmen Ditjen PPKL KLHK untuk membantu mereka yang terdampak.
Karliansyah menyebut menitipkan penyaluran kepada komunitas dengan harapan bantuan diberikan tepat sasaran. Yayasan Kumala di Jakarta Utara dinilai tepat sebagai penyalur karena sejak awal didirikan pada 2006 lalu telah fokus pada pengelolaan lingkungan dan sosial kemanusiaan.
Saat ini, Yayasan Kumala telah membina 300 anak jalanan yang masuk kategori Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). Mereka dibekali kemampuan untuk mengolah sampah non-organik seperti kertas untuk dijadikan produk tertentu, sementara sampah organik diolah jadi pupuk kompos.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kegiatan pembinaan tersebut bermanfaat untuk mengajarkan kemandirian kepada para anak jalanan. Hasil dari pengelolaan sampah tersebut menjadi tabungan yang dikumpulkan di Bank Sampah untuk digunakan pada kegiatan sosial yang telah disusun bersama seperti pengobatan gratis, pembagian sembako, bantuan pendidikan dan perlengkapan sekolah," kata Abah Dindin, pendiri Yayasan Kumala.
Abah Dindin mengatakan, pandemi Covid-19 memberi dampak besar bagi aktivitas PMKS. Terlebih, mereka baru mendapatkan uang jika keluar rumah untuk bekerja. Selain itu, Yayasan Kumala memberi alternatif kegiatan dan bantuan makan setiap hari di Bank Sampah.
 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). (dok. KLHK) |
Menurutnya, saat ini di lapangan pemerintah sudah berupaya memberikan program bantuan langsung kepada masyarakat. Namun pada kenyataannya, banyak masyarakat binaan yang tak memiliki Kartu Keluarga (KK) dan KTP untuk mendapat bantuan.
"Sebagai contoh warga yang tinggal di bawah kolong jembatan itu tidak pernah mendapatkan bantuan, sementara mereka adalah yang betul-betul membutuhkan," ujar Abah Dindin.
Sementara, Yayasan Sahabat Ciliwung di Depok telah berkembang menjadi sarana edukasi, konservasi, wisata, dan olahraga prestasi. Sejak berdiri tahun 2000, yayasan ini menyorot soal lingkungan, terlebih Sungai Ciliwung. Kegiatan mereka meluas sampai membentuk sembilan komunitas di kawasan Depok.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK ). (dok. KLHK ) |
Ketua Yayasan Sahabat Ciliwung, Hidayat, mengaku pandemi juga memengaruhi kelompoknya. Mereka berupaya patuh pada pemerintah dengan tidak berkumpul dengan orang banyak, serta penyemprotan disinfektan, sampai pembagian masker dan sabun cuci tangan
Di masa pandemi, Yayasan Sahabat Ciliwung memiliki dapur umum yang memproduksi 150-200 porsi makanan setiap hari. Biaya dapur umum 70 persen dari kas yayasan, dan 30 persen datang dari donatur. Saat ini, mereka terfokus pada pembagian bahan makanan.
Bantuan kepada masyarakat telah dilaksanakan oleh Ditjen PPKL sejak awal sebagai bukti komitmen pemerintah terhadap kondisi pandemic COVID-19. Ditjen PPKL aktif mengkampanyekan Gerakan Bersih Cuci Tangan dan Penyemprotan Disenfektan Organik. Kegiatan ini merupakan kolaborasi aktif bersama dengan dunia usaha, seperti GAPKI, PT Wings Group, PT Musim Mas, PT Pertamina (Persero), PT Pertamina EP, Adaro Indonesia, PT Sido Muncul, PT Pupuk Indonesia, PT Pupuk Kaltim, dan PT Freeport.
(rea)