Tak ada kendala apapun selama perjalanan dari Kalibata menuju Cikini. Orang-orang yang berdiri berjejer tampak sibuk sendirian. Mayoritas tenggelam menatap layar ponselnya.
Sejumlah penumpang yang duduk mencuri waktu tidur di gerbong kereta. Sugeng sendiri berdiri memaku. Tatap matanya menembus ke luar kaca jendela kereta.
Sekitar 15 menit perjalanan, ia turun di Stasiun Cikini bersama hampir separuh penumpang di gerbongnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nasib Lansia di KRLJuru bicara pemerintah untuk penanganan virus corona, Achmad Yurianto berulang kali meminta masyarakat untuk waspada penularan virus corona pada kelompok lansia. Menurutnya, lansia paling rentan tertular virus tersebut.
Benhar, 65 tahun, duduk seorang diri di peron Stasiun Lenteng Agung pukul 08.43 WIB. Setiap hari pria yang berprofesi sebagai pedagang di Pasar Minggu ini bolak-balik rute Lenteng-Pasar Minggu dengan kereta.
Alasannya memilih menggunakan KRL lantaran waktu tempuh yang cepat. Jika naik angkutan umum dari rumahnya di sekitar Lenteng Agung, ia harus berputar cukup jauh. Boros waktu, menurut Benhar.
 Penumpang hendak menaiki kereta Bogor-Jakarta Kota di Stasiun Lenteng Agung, Senin (18/5). (CNN Indonesia/ Yogi Anugrah) |
Dia mengaku cukup rutin mengikuti perkembangan penyebaran virus corona di Indonesia. "Saya tahu kemarin di stasiun bekasi (test) ada yang corona," kata Benhar.
Benhar pun tahu kelompok lansia rentan tertular corona. Karenanya, selain menggunakan masker, ia sangat menjaga jarak ketika berbicara dengan orang lain.
Selain tindakan pencegahan itu, ia mengaku cukup tenang lantaran ada pengecekan suhu yang diterapkan di stasiun dan kereta.
"Orang kan diperiksa (suhu) di depan. Jadi tetap asal pakai masker, semoga tidak apa-apa," ucap dia.
New Normal di KRLKe depan, orang-orang seperti Sugeng dan Benhar akan tetap bertaruh risiko tertular Covid-19 di gerbong-gerbong kereta. Terlebih setelah Presiden Joko Widodo pada 15 Mei lalu menyinggung persiapan tatanan hidup baru (New Normal) di tengah pandemi Covid-19.
New normal menurut Jokowi adalah membuka kembali aktivitas ekonomi dan sosial masyarakat dengan dibarengi penerapan protokol kesehatan yang ketat.
Jokowi memilih kebijakan ini setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), beberapa hari sebelumnya, menyatakan virus corona berpotensi tidak akan menghilang dalam waktu dekat.
"Artinya kita harus berdampingan hidup dengan Covid. Seperti yang saya sampaikan sebelumnya, berdamai dengan Covid. Sekali lagi, yang penting masyarakat produktif, aman, dan nyaman," imbuh dia.
 Presiden Jokowi mewacanakan new normal, yakni pembukaan kembali roda aktivitas masyarakat dengan dibarengi penerapan protokol kesehatan yang ketat. (Foto: Rusman-Biro Setpres) |
PT Kereta Api Indonesia (Persero) yang membawahi operator KRL, telah bersiap menyambut skenario
New Normal di lingkungan KAI. Hal itu juga sebagai tindak lanjut arahan Menteri BUMN melalui surat dengan nomor S336/MBU/05/2020 pada 15 Mei 2020 perihal Antisipasi Skenario The New Normal BUMN.
Dilansir dari website resmi PT.KAI, protokol tersebut akan mengatur langkah-langkah dan tahapan yang akan diterapkan oleh KAI dalam menyambut
New Normal yang akan dimulai pada 25 Mei 2020.
Selain protokol pelayanan pelanggan, protokol juga akan mengatur pekerja berusia di bawah 45 tahun untuk masuk kantor seperti biasa namun tetap memperhatikan aturan PSBB di masing-masing wilayah kerja.
Sugeng mengaku tak keberatan dengan
New Normal yang disinggung pemerintah dan akan diterapkan KAI. Dia akan mematuhinya meski harus terus memakai masker di kereta dan menjaga jarak.
Semua dilakukan demi bisa terus bekerja untuk menghidupi keluarganya. Toh, menurut Sugeng, kebijakan jaga jarak di dalam kereta baik. Setidaknya mencegah terhindar dari tangan-tangan jahil.
"Dempet-dempetan juga kadang ada kejahatan," ujar Sugeng.
(yoa/wis)
[Gambas:Video CNN]